Suara.com - Setelah sukses membesut Timnas Indonesia selama lima tahun, Shin Tae-yong (STY) resmi kembali ke kampung halaman untuk menukangi salah satu klub elite Korea Selatan, Ulsan HD.
Perekrutan ini menandai langkah besar dalam karier kepelatihannya, sekaligus menimbulkan pertanyaan: apakah STY bisa dikatakan telah "naik kelas"?
Ulsan HD mengumumkan penunjukan Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala pada awal Agustus 2025, menggantikan Kim Pan-gon.
Keputusan ini menarik perhatian luas, mengingat Ulsan bukanlah klub sembarangan di kancah sepak bola Asia.
Sebagai juara K League 1 tiga musim beruntun, Ulsan HD adalah simbol kekuatan domestik dan konsistensi di level tertinggi.
Klub yang didirikan pada 1983 ini juga telah mengangkat lima trofi liga dan dua kali menyabet gelar Liga Champions Asia—prestasi yang membuktikan reputasi mereka sebagai raksasa Asia.
Dengan markas megah di Stadion Munsu yang berkapasitas lebih dari 40.000 kursi, serta sokongan dana kuat dari HD Hyundai, Ulsan memiliki infrastruktur kelas dunia yang ideal bagi pelatih sekaliber Shin Tae-yong untuk mengembangkan proyek jangka panjang.
Bagi STY, ini adalah pertama kalinya kembali ke klub Korea sejak era kesuksesannya bersama Seongnam Ilhwa dan Timnas Korea Selatan.
Setelah mengantar Timnas Indonesia naik level—baik dari segi permainan, prestise, maupun eksistensi di level Asia Tenggara—Shin kini menghadapi tantangan baru di klub dengan ambisi besar.
Baca Juga: NEC Nijmegen Rilis Skuad Utama, Senyum Calvin Verdonk Jadi Sorotan
Ia akan membesut skuad bertabur bintang, termasuk Jo Hyeon-woo dan Jung Seung-hyun, dua pemain yang pernah ia bawa ke Piala Dunia 2018.
Kombinasi ini membuka peluang bagi Shin Tae-yong untuk kembali membentuk tim yang solid, cepat, dan agresif, sesuai dengan filosofi sepak bolanya.
Ulsan dikenal sebagai klub yang produktif melahirkan talenta muda dan memberi panggung bagi pemain lokal berkembang.
Dalam konteks ini, karakter Shin yang kerap mengorbitkan pemain muda sangat sejalan dengan visi klub.
Secara taktik, publik menantikan bagaimana STY mengimplementasikan gaya main khasnya: high pressing, transisi cepat, dan keberanian bermain terbuka.
Pendekatan yang berhasil ia terapkan bersama Garuda kini ditunggu efektivitasnya di kancah domestik dan Asia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Dicibir Makin Liar Usai Copot Hijab, Olla Ramlan: Hidup Harus Selalu...
Pilihan
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
-
Kata Media Prancis Soal Debut Calvin Verdonk: Agresivitas Berbuah Kartu
Terkini
-
Media Inggris Ulas Pemain Keturunan Indonesia: Pilar Tak Tergantikan, Siapa Dia?
-
Tinggal Klik! Link Live Streaming BRI Super League PSM vs Persija Malam Ini
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
Elkan Baggott Menghilang, Ipswich Town Ditimpa Kesialan
-
Kartu Kuning di Laga Debut, Calvin Verdonk: Ligue 1 Butuh Fisik Kuat
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
-
Andre Onana Luar Biasa! Cetak Assist Bawa Trabzonspor Raih Poin
-
Kata Media Prancis Soal Debut Calvin Verdonk: Agresivitas Berbuah Kartu
-
Rapor Calvin Verdonk Debut di Ligue 1: LOSC Lille Digilas RC Lens
-
Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?