Sebagai sebuah film Roland Emmerich, Midway tidak mengecewakan dalam hal tontonan visual.
Sutradara ini mengerahkan keahliannya untuk menciptakan adegan pertempuran udara yang intens dan mendebarkan.
Penonton diajak merasakan ketegangan saat pesawat-pesawat pengebom tukik Amerika menukik tajam untuk menyerang kapal induk Jepang.
Rekonstruksi pertempuran laut, lengkap dengan pesawat yang lalu-lalang dan kapal induk raksasa, berhasil diciptakan secara meyakinkan meskipun sangat bergantung pada CGI.
Namun, di balik spektakel tersebut, beberapa kritikus menyoroti kelemahan film ini.
Dengan begitu banyak karakter historis yang diperkenalkan dalam durasi 138 menit, film ini kesulitan untuk mengembangkan mereka secara mendalam, membuat beberapa karakter terasa datar.
Dialognya pun sering kali dianggap klise dan kaku, tenggelam di antara ledakan dan deru mesin pesawat.
Kritikus dari The Guardian bahkan menyebut bahwa film ini "menggali setiap klise film perang yang usang".
Akibatnya, penonton yang tidak akrab dengan sejarah Perang Pasifik mungkin akan kesulitan untuk melacak siapa saja tokoh yang muncul di layar.
Baca Juga: Fadli Zon Ogah Komentari Kualitas Film Kartun Merah Putih One for All: Saya Belum Nonton!
Meskipun demikian, Midway berhasil menyampaikan pesannya dengan jelas: ini adalah kisah tentang pahlawan nyata yang melakukan tindakan-tindakan luar biasa.
Film ini secara akurat menyoroti bagaimana kombinasi antara keberanian di medan perang dan kecerdasan dalam analisis intelijen menjadi faktor penentu kemenangan Amerika.
Setiap penerbangan yang dilakukan para pilot digambarkan sebagai misi bunuh diri, namun didorong oleh semangat untuk membela negara mereka.
Emmerich juga berusaha menyajikan perspektif dari pihak Jepang, menampilkan Laksamana Isoroku Yamamoto, Chuichi Nagumo, dan Tamon Yamaguchi untuk memberikan gambaran yang lebih seimbang tentang pertempuran tersebut.
Tag
Berita Terkait
-
Fadli Zon Ogah Komentari Kualitas Film Kartun Merah Putih One for All: Saya Belum Nonton!
-
Revolusi Sinema Indonesia: Film Diponegoro Hero Sepenuhnya Dibuat dengan Kecerdasan Buatan
-
Cek Fakta: Film Animasi Merah Putih One for All Berlatar Gudang Senjata
-
Bergenre Dark Comedy, Sinopsis Tinggal Meninggal: Antara Duka dan Perhatian
-
Vidio Buka Jalan Jadi Sineas, Gandeng Joko Anwar dan Mira Lesmana untuk Mentoring Langsung
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Detik-Detik Ariana Grande Diserang Penggemar saat Promo Film Wicked di Singapura
-
Bakal Dituntut Balik Reza Gladys Rp504 Miliar, Nikita Mirzani Tertawa di Penjara
-
Buka Peluang Damai, Erika Carlina Hanya Ingin DJ Panda Tulus Akui Kesalahan
-
Profil Maipa Khalifah, Sosok Ibu Pengganti Ruben Onsu yang Terpisah Selama 40 Tahun
-
5 Drakor di Disney+ Tahun Depan, Wajib Masuk Daftar karena Ada Bae Suzy dan Kim Seon Ho
-
Sinopsis Made in Korea, Drakor Comeback Hyun Bin di Disney Plus Hotstar
-
4 Fakta Remake 'My Wife is A Gangster', SinemArt Hadirkan 'Bini Gue Preman'
-
Senderan di Bahu Nicholas Saputra, Raisa Langsung Dijodoh-jodohkan
-
Reza Arap Lamar Lula Lahfah? Bakal Nikah Beda Agama
-
Review Now You See Me: Now You Don't, Reuni Horsemen yang Kurang Greget