Entertainment / Gosip
Rabu, 03 September 2025 | 12:42 WIB
Video Raisa dkk Nyanyi Indonesia Jaya Tuai Pro Kontra: Turun ke Jalan Dong! (instagram)
Baca 10 detik
  • Raisa dan rekan musisi merilis video lagu "Indonesia Jaya" di tengah situasi demonstrasi nasional yang memanas.
  • Penampilan mereka menuai pro dan kontra, karena dianggap tidak mewakili kondisi rakyat dengan visual mewah.
  • Publik semakin kritis terhadap artis bersuara soal isu sosial, mempertanyakan keaslian dan dampak aksi mereka.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Raisa, Afgan, Isyana Sarasvati, Vidi, dan Cantika Abigail dari GAC baru saja merilis video penampilan mereka membawakan lagu legendaris Indonesia Jaya ciptaan Harvey Malaiholo.

Video tersebut muncul di tengah situasi Indonesia yang sedang tidak tenang akibat gelombang demonstrasi yang meletus sejak akhir Agustus 2025.

Aksi protes dipicu oleh kekecewaan masyarakat terhadap DPR yang dianggap tidak peka dengan kondisi rakyat karena menyetujui kenaikan tunjangan dan gaji anggotanya.

Isu ini kemudian melebar menjadi tuntutan buruh yang meminta penghapusan sistem outsourcing, penolakan upah murah, hingga desakan kenaikan upah minimum.

Selain itu, mahasiswa juga menyuarakan penolakan terhadap kenaikan tunjangan DPR hingga transparansi anggaran.

Demonstrasi semakin memanas setelah pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan tewas dilindas mobil rantis Brimob.

Kematian pengemudi ojol berusia 21 tahun itu memancing amarah masyarakat, termasuk para figur publik yang ramai menyuarakan kepedulian mereka terhadap Indonesia.

Beberapa dari mereka bahkan turun ke jalan untuk mengikuti aksi demonstrasi, atau hanya sekadar menjadi relawan.

Di tengah panasnya kondisi tersebut, penampilan Raisa dan kawan-kawan justru memicu reaksi pro dan kontra di kalangan warganet.

Baca Juga: Keponakan Jadi Korban Salah Pukul Aparat di Bandung, Chika Jessica: Nyawa Gak Bisa Diganti!

Sebagian netizen menilai pemilihan lagu serta visual video terasa janggal karena ditampilkan dengan setting mewah, sofa mahal, dan karpet elegan yang dinilai tidak merepresentasikan kondisi rakyat saat ini.

Komentar pedas muncul seperti, "Menyanyikan tentang perjuangan sambil duduk di sofa mahal dan lantai kayu herringbone, sungguh lucu."

Warganet lain bahkan membandingkan dengan video viral Gal Gadot dan selebritas Hollywood yang bernyanyi bersama saat pandemi, menyebut aksi Raisa cs terkesan meniru tanpa memberikan dampak nyata.

Ada pula yang menyarankan agar para musisi turun langsung ke jalan bersama massa aksi, bernyanyi di tengah demonstran agar pesan mereka terasa lebih otentik.

Namun, tidak sedikit pula yang membela para penyanyi tersebut dengan menyebut bahwa mereka sudah cukup vokal terhadap isu negara sejak lama.

Sejumlah komentar menyebut bahwa Raisa, Isyana, dan kawan-kawan tergabung dalam komunitas VISI yang aktif menggalang dana untuk korban kekerasan aparat.

Pembelaan lain menyebutkan bahwa meski tampil dengan gaya elegan, setidaknya para musisi tetap berusaha menyuarakan aspirasi lewat cara mereka.

Perdebatan semakin ramai ketika ada yang mengungkit sejarah lagu Indonesia Jaya yang dahulu populer di era Soeharto, bahkan dikaitkan dengan sosok Harvey Malaiholo saat menjadi anggota DPR.

Bahkan ada yang menilai pemilihan lagu tersebut sebagai bentuk "soft buzzing" yang terasa mendukung pemerintah di tengah kritik masyarakat.

Soft buzzing merujuk pada praktik di mana individu atau kelompok, seringkali disebut sebagai buzzer politik.

Mereka secara sistematis menyebarkan pesan politik di media sosial untuk memengaruhi opini publik.

Di sisi lain, perbandingkan juga muncul dengan aksi enam tahun lalu ketika sejumlah musisi tampil langsung di depan Istana Negara membawakan lagu Kami Belum Tentu pada Aksi Kamisan ke-600.

Mereka adalah Baskara Putra, Bilal Indrajaya, Sal Priadi, Putra Timur, Natasha Udu, dan Cholil Mahmud.

Momen itu dinilai lebih kuat karena para musisi benar-benar hadir bersama rakyat di tengah simbol perjuangan melawan ketidakadilan.

Kini, perdebatan tentang Raisa, Afgan, Isyana, Vidi, dan Cantika Abigail menjadi gambaran bagaimana publik semakin kritis terhadap artis yang bersuara soal isu sosial politik.

Kontributor : Chusnul Chotimah

Load More