Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang menyelidiki kemungkinan hubungan antara virus corona dan sindrom peradangan langka pada anak-anak di Eropa dan Amerika Serikat.
Dilansir dari Aljazeera, beberapa negara telah melaporkan kasus anak-anak yang terkena penyakit radang dengan gejala mirip dengan kondisi langka, yakni sindrom Kawasaki.
"Laporan awal berhipotesis bahwa sindrom ini mungkin terkait dengan Covid-19," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam briefing virtual pada Jumat (15/5/2020).
"Sangat penting untuk secara mendesak dan hati-hati menandai sindrom klinis ini, memahami hubungan sebab akibat dan untuk menggambarkan intervensi pengobatan," tambahnya.
Tedros mengatakan WHO telah mengembangkan definisi kasus awal untuk penyakit ini, yang disebut Multisystem Inflammatory Syndrome in Children.
WHO juga meminta dokter di seluruh dunia untuk waspada dan lebih memahami sindrom ini.
Komentar Tedros muncul setelah seorang dokter di Perancis pada Jumat (15/5/2020) mengatakan seorang anak lelaki berusia sembilan tahun yang dites positif Covid-19 meninggal karena sindrom tersebut.
Kematian anak yang serupa sedang diselidiki di New York dan London. Pejabat AS juga telah memperingatkan kondisi terkait Covid-19 pada anak-anak
Sebuah rumah sakit anak-anak di London pada hari Rabu mengatakan seorang bocah lelaki berusia 14 tahun tanpa kondisi kesehatan yang mendasari telah meninggal akibat penyakit tersebut dan telah dites positif terkena virus corona.
Baca Juga: Anies Belanja Lahan untuk RTH di Tengah Pandemi, Ketua DPRD: Saya Kaget
Di New York, Gubernur Andrew Cuomo pada hari Selasa (12/5/2020) mengatakan tiga anak di negara bagian itu telah meninggal dan lebih dari 100 kasus sedang diselidiki.
Pakar WHO Maria Van Kerkhove, mengatakan pada Jumat (15/5/2020) bahwa tautan sindrom peradangan langka tersebut dengan Covid-19 belum jelas. Sebab beberapa anak dengan sindrom tersebut belum dites positif terkena virus corona.
"Kita perlu memahami apakah sindrom ini terkait dengan Covid-19 atau tidak," katanya.
"Kita perlu semua negara waspada untuk ini," tambah Van Kerkhove.
Sementara itu direktur kedaruratan WHO, Michael Ryan mengatakan bahwa meskipun sindrom tersebut terkait dengan Covid-19, mungkin tidak disebabkan oleh virus corona itu sendiri.
"Yang belum kita ketahui adalah apakah hal-hal langka yang terjadi itu terkait langsung dengan virus atau dari respon kekebalan terhadap virus," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru