Inggrid juga menambahkan bahwa jika memang telah ada penelitian terkait obat penyakit tertentu, maka informasi tersebut harus disebarluaskan melalui jurnal ilmiah agar dipahami publik.
Bukan hanya tentang menghasilkan produk melainkan juga metode yang dipakai untuk pembuatan obat tersebut.
"Jadi kami para praktisi, akademisi tidak terinformasikan yang diteliti apa, herbal apa. Lalu juga dikatakan saya dengar di youtube Anji banyak sekali yang tidak bisa didengar secara penelitian ilmiah. Misalnya, antibodinya bisa terpacu terhadap antibodi covid setelah konsumsi herbalnya dalam waktu 2 atau 3 hari. Itu sampai sekarang belum pernah ada suatu bahan yang bisa memicu antibodi," tuturnya.
Terpisah, Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan Covid-19 dari IDI Prof Dr Zubairi Djoerban mengatakan kepada Suara.com, untuk mempertegas klaim obat tersebut, Zubairi mengatakan penemuan perlu ditulis pada jurnal kedokteran.
"Tidak peduli siapa pun yang bicara, mau dokter, profesor, dokter hewan, atau pun dukun, kalau mau mengklaim suatu apakah herbal atau jamu bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit apa pun, baru bisa dipercaya setelah melewati berbagai tahapan," ujarnya.
Biaya tes virus Corona Rp 10.000
Klaim lain yang disebutkan Hadi Pranoto adalah biaya tes virus Corona yang menurutnya terlalu. Dalam video bersama Anji, ia menyebut tes virus Corona bisa dilakukan dengan biaya Rp 10-20 ribu saja.
Namun berdasarkan penuturan Prof Zubari, hal ini tidak memungkinkan.
"Engga mungkin 10 ribu. Jadi intinya, apakah suatu saat akan makin murah, iya akan makin murah. Sehingga mendekati 10 ribu ya engga lah," katanya.
Baca Juga: Kontroversi Hadi Pranoto dan 5 Berita Kesehatan Menarik Lainnya
Kementerian Kesehatan menetapkan batas atas tarif tes virus Corona maksimal Rp 150.000. Menurut Kemenkes, penetapan harga itu berdasarkan hitungan sejumlah komponen yang diperlukan untuk pemeriksaan cepat antibodi virus corona.
"Kami menghitung dari alat rapid test semua sampai ke spec-nya, sampai APD yang dipakai petugas kesehatan, jasa layanan. Kemudian kalau memang harus dibaca oleh dokter spesialis. Kita hitung secara wajar saja. Kita ambil range tengah-tengah," kata Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes dr. Tri Hesty Widyaatoeti, Sp. M, MPH dalam siaran konferensi virtual BNPB, Senin (13/7/2020).
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) Lia G Partakusuma membenarkan bahwa harga rapid test antibodi yang ditetapkan RS terdiri dari berbagai komponen.
Selain yang telah disebutkan dokter Hesty, kata Lia, harga rapid test juga ditentukan oleh sejumlah bahan kimia dan alat medis yang digunakan.
"Pertama harga reagennya sendiri. Kedua kalau kita memanfaatkan reagen, ini tentu harus ada jarum suntik. Kalau sekarang paling banyak pakai serum karena dianggap sensitifitasnya lebih tinggi kalau diambil di ujung jari. Kemudian ada alkohol kapasnya, ada orang yang pakai alat pelindung diri. Jadi harga ini terdiri dari berbagai macam komponen," tutupnya.
Berita Terkait
-
LMKN Punya Komisioner Baru, Anji Tetap Pesimis: Orangnya Itu-Itu Aja
-
Anji Serukan Revolusi Industri Musik Urus Royalti: Bubarkan LMKN dan Bikin Lembaga Baru
-
Anji Sebut Sistem Royalti 'Maling Terkonsep': Uang Pencipta Lagu Diambil Jadi Dana Cadangan
-
Gerah dengan Tata Kelola Royalti, Anji Ajak Musisi dan Pengusaha Bersatu: Lupakan AKSI, Lupakan VISI
-
Bikin Bertanya-tanya, Anji Sebut LMKN Sempat Menolak Diaudit Soal Royalti
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?