Suara.com - Hingga kini setiap negara masih terus berjuang untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Salah satunya dengan melakukan vaksinasi untuk membentuk herd immunity yang dipercaya bisa menghentikan pandemi Covid-19.
Namun, tidak ada jaminan apabila 70-80 persen penduduk di dunia sudah divaksinasi maka virus Covid-19 akan pergi begitu saja. Oleh sebab itu, sekarang jadi saat yang tepat untuk melakukan investasi di sektor tenaga medis publik agar bisa membantu mempercepat berakhirnya pandemi Covid-19.
Pakar kesehatan yang juga mantan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, komunitas lokal bisa mempunyai peranan penting dalam penanganan Covid-19.
“Warga lokal yang dipercaya oleh komunitas di wilayah itu bisa direkrut untuk melakukan contact tracing. Mereka juga bisa diberdayakan untuk melakukan distribusi vaksin. Ini untuk mengantisipasi apabila ada warga yang masih tidak mau divaksinasi. Mereka baru mau divakisinasi apabila proses tersebut dilakukan oleh orang yang mereka percaya. Jadi warga lokal bisa dijadikan sebagai tenaga medis,” kata Kim seperti dalam keterangannya
Kim mengatakan, Bank Dunia mempunyai cash transfer program. Program ini adalah memberikan uang kepada mereka yang tidak mampu namun untuk mendapatkan uang tersebut harus bersedia menerima pelatihan.
“Ini dilakukan di Haiti dan Rwanda, mereka yang menerima uang dari cash transfer program dilatih untuk bisa melakukan contact tracing terhadap warga yang terinfeksi Covid-19. Mereka juga bisa diminta untuk melakukan distribusi vaksin. Ini juga merupakan bentuk investasi di sektor publich health work force,” ujarnya.
Menurut Kim, program transfer uang tunai ini juga bisa menjadi stimulus ekonomi di masa pandemi. Karena, uang tunai yang diberikan kepada mereka yang kurang mampu akan dipakai untuk konsumsi. Ini akan membantu perekonomian negara tersebut.
Kim menambahkan, pandemi Covid-19 membuat semua negara harus mulai memperbanyak jumlah tenaga medis. Untuk mewujudkan hal tersebut, harus ada investasi di sektor tenaga medis.
“Kita tidak akan pernah tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Apabila 70-80 persen warga di dunia sudah divaksinasi dan pandemi berakhir, maka itu harus kita rayakan. Namun, jangan lupa bahwa virus Covid-19 terus bermutasi dan mereka yang sudah divaksinasi masih bisa terinfeksi oleh mutasi virus tersebut. Apabila skenario buruk ini terjadi maka kita akan mengulang lagi dari pertama,” jelasnya.
Baca Juga: Satgas: 9 Warga Aceh Barat Positif Covid-19
Kim juga menyarankan vaksinasi tidak hanya dilakukan berdasarkan usia tetapi dari wilayah yang paling banyak terdapat kasus positif. Menurut dia, hal itu jauh lebih efektif dalam meredam penyebaran Covid-19.
“Jadi, apabila ada satu wilayah yang mempunyai banyak kasus positif, maka wilayah itu dan area di sekitarnya harus menjadi prioritas dari program vaksinasi. Pada dasarnya virus Covid-19 ini mudah ditebak. Asal menerapkan testing, contact tracing, treatment, isolation dan quarantine maka penyebaran virus tersebut bisa dikontrol,” ungkapnya.
Kim menambahkan, pandemi Covid-19 berbeda dengan pandemi yang pernah terjadi sebelumnya. Ini karena virus Covid-19 sangat berbahaya dibandingkan Ebola atau SARS. Selain itu, mereka yang terinfeksi dan tidak memperlihatkan gejala tertentu bisa menularkan virus ini kepada orang lain.
Saat ini, sudah ada keajaiban yaitu dengan diproduksinya vaksin Covid-19 oleh sejumlah perusahaan farmasi. Namun, jumlah vaksin yang diproduksi masih belum mencukupi untuk memvaksinasi 70-80 persen penduduk dunia. Apabila perusahaan farmasi mampu meningkatkan produksi vaksin, bukan tidak mungkin pandemi Covid-19 bisa berakhir sebelum 2022.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Jadi Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia, John Herdman Punya Kesamaan Taktik dengan STY
Terkini
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut