Suara.com - Ada banyak jenis gangguan mental yang dipresentasikan secara berbeda. Umumnya gangguan tersebut dicirikan oleh kombinasi dari pikiran, persepsi, emosi, perilaku, dan hubungan tidak normal dengan orang lain.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, depresi merupakan gangguan mental paling umum.
Secara global, diperkirakan lebih dari 264 juta orang mengidap depresi tahun lalu. Lebih banyak wanita yang terpengaruh dengan gangguan mental ini daripada pria.
Kondisi ini berbeda dari fluktuasi suasana hati biasa dan respons emosional jangka pendek terhadap tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
"Depresi ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau nafsu makan, kelelahan, dan konsentrasi yang buruk," tulis WHO di lama resminya.
Penderita depresi juga mungkin memiliki banyak keluhan fisik tetapi tanpa adanya penyebab fisik yang jelas. Bila berlangsung lama dan dengan intensitas sedang atau berat, depresi bisa menjadi kesehatan serius.
Kondisi ini dapat berlangsung lama atau berulang. Secara substansial, depresi menganggu kemampuan penderitanya untuk berfungsi di tempat kerja maupun aktivitas lainnya.
"Yang paling parah depresi bisa menyebabkan bunuh diri. Hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Ini adalah penyebab kematian kedua untuk usia 15 hingga 29 tahun," sambung WHO.
Ada beberapa pilihan pengobatan depresi, mulai dari terapi bicara seperti terapi perilaku kognitif atau psikoterapi.
Baca Juga: Anak Rewel Dihibur Pakai Gundam, Publik: Bapaknya di Pojokan Kena Mental
Untuk obat, antidepresan juga dapat menjadi bentuk pengobatan efektif bagi depresi sedang hingga berat. Namun, obat ini bukan sebagai pengobatan lini pertama untuk kasus depresi ringan.
Antidepresan juga tidak bisa dikonsumsi anak-anak dan bukan juga pengobatan lini pertama para remaja yang mengalami depresi.
Perawatan depresi juga harus mencakup aspek psikososial, termasuk mengidentifikasi faktor stres, seperti masalah keuangan, kesulitan di tempat kerja atau kekerasan fisik maupun mental. Sumber dukungan, seperti keluarga dan teman, juga perlu diketahui bagi penderita.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan
-
BPOM Edukasi Bahaya AMR, Gilang Juragan 99 Hadir Beri Dukungan
-
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?