Suara.com - Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah penyakit jantung. Kondisi ini bertanggung jawab atas sekitar 9 juta kematian per tahun. Namun, perubahan gaya hidup dapat mencegahnya.
Umumnya, ahli akan merekomendasikan pola makan yang rendah lemak jenuh. Sebagai gantinya, pasien penyakit jantung akan mengonsumsi lemak tak jenuh ganda, yang dianggap lebih sehat.
Namun, sebuah riset oleh Universitas Cambridge menunjukkan alih-alih hanya memperhatikan jumlah lemak jenuh yang dikonsumsi, harus juga dilihat sumber makanannya.
Riset ini menemukan orang yang banyak makan lemak jenuh dari daging merah dan mentega lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung.
Sementara lemak jenuh yang berasal dari keju, yogurt dan ikan memiliki risiko penyakit jantung yang rendah.
Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang hubungan antara makanan tersebut dengan penyakit jantung, lapor The Conversation.
Jadi, temuan ini menunjukkan bahwa hubungan antara penyakit jantung dan lemak jenuh bergantung pada sumber makanannya.
"Satu peringatan dari penelitian kami adalah bahwa ini didasarkan pada pengamatan hubungan antara pola makan dan kesehatan. Dengan demikian, ini tidak dapat membuktikan sebab serta akibat," ujar peneliti Marinka Steur.
Namun, melakukan uji coba terkontrol secara acak, di mana peserta akan diberi pola makan tertentu untuk dijalani selama bertahun-tahun, mungkin tidak praktis.
Baca Juga: Zodiak Kesehatan Hari Ini 9 November 2021: Aries, Jauhi Konsumsi Lemak Jenuh!
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!