Suara.com - Mayoritas masyarakat menganggap kanker payudara tidak bisa diprediksi, masih sedikit yang tahu tentang keberadaaan kanker payudara herediter atau kanker payudara keturunan, benarkah lebih berbahaya?
Meski angkanya tidak besar, tapi sekitar 10 persen kanker payudara disebabkan faktor genetik yang rusak, yang diakibatkan kanker payudara dari orangtua terdahulunya.
Dikatakan Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, kanker payudara herediter ini harus lebih diwaspadai anak dan keluarga pasien kanker payudara.
“Kejadian kanker payudara masih sangat tinggi, dan anak serta keluarga dari pasien kanker payudara perlu melakukan deteksi dini serta lebih memperhatikan diri untuk mengurangi risiko terkena kanker, khususnya kanker payudara herediter,” lanjut Prof. Aru Sudoyo dalam keterangan Asa Dara yang diterima suara.com, Rabu (22/3/2023).
Lebih jauh dijelaskan Dr. Nadia Ayu Mulansari, yang membuat kanker payudara keturunan harus lebih diperhatikan karena bisa muncul menyerang usia pasien yang lebih muda.
"Penyebab kanker payudara keturunan adalah karena adanya mutasi pada gen kanker payudara, yang dapat muncul pada orang yang lebih muda usianya," ungkapnya.
Penyebab paling umum dari kanker payudara herediter adalah mutasi bawaan pada gen BRCA1 atau BRCA2. Dalam sel normal, gen ini membantu membuat protein yang memperbaiki DNA yang rusak.
Versi gen yang bermutasi dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal, yang dapat menyebabkan kanker.
Ia menambahkan jika seseorang memiliki gen kanker payudara sebelumnya, maka berisiko 50 persen menurunkan penyakit tersebut ke anaknya. Apalagi risiko ini tidak hanya mengancam anak perempuan, tapi juga kanker payudara bisa terjadi pada lelaki.
Tapi memiliki gen kanker payudara yang bermutasi ini tidak lantas langsung menjadi kanker payudara, tapi bisa menjadi kanker di usia 80 tahun ke atas, dan ini terjadi pada 7 dari 10 kasus.
Risiko ini juga dipengaruhi oleh berapa banyak anggota keluarga lain yang menderita kanker payudara. Jika lebih banyak anggota keluarga yang terpengaruh, peluangnya akan lebih tinggi.
“Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar pasien kanker payudara tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga. Namun anggota keluarga yang memiliki kerabat dengan kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi,” jelas Dr. Nadia.
Tapi jika keluarga yang terkena kanker terdiri dari ibu, saudara atau anak perempuan dan jumlahnya 2 orang, maka resiko orang tersebut meningkat 3 kali lipat lebih besar.
Inilah sebabnya, orang dengan resiko itu sangat disarankan atau bahkan wajib melakukan pemeriksaan gen kanker payudara herediter, karena umumnya kanker baru terjadi di usia 41 hingga 50 tahun, setelah di tubuhnya lebih dulu memiliki gen BRCA sejak lahir.
Tes gen BRCA adalah tes darah yang menggunakan analisis DNA untuk mengidentifikasi perubahan berbahaya atau mutasi pada salah satu dari dua gen kerentanan kanker payudara BRCA1 dan BRCA2.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru