- RD menjadi penyebab utama gangguan penglihatan di Indonesia. Pemerintah menargetkan 80% skrining pasien diabetes dengan dukungan teknologi digital dan tele-oftalmologi.
- Roche Indonesia dan FK-KMK UGM bekerja sama mengembangkan model layanan RD berbasis AI untuk meningkatkan deteksi dini dan memperkuat kebijakan nasional.
- Tantangan utama RD adalah jumlah pasien diabetes yang besar, rendahnya skrining, dan minimnya tenaga ahli. Program ini ditujukan untuk memperluas akses layanan dan mencegah kebutaan.
Penandatanganan yang berlangsung di Yogyakarta ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan RI, sebagai langkah strategis untuk menurunkan beban kebutaan akibat komplikasi diabetes. Mewakili UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi ini.
Ia juga menekankan pentingnya inovasi yang berakar pada riset, menambahkan bahwa, masalah kesehatan masyarakat seperti Retinopati Diabetik membutuhkan solusi berbasis bukti yang inovatif dan aplikatif.
"Melalui kemitraan ini, kami siap berkontribusi melalui keahlian FK-KMK UGM dalam mengembangkan model layanan, melakukan kajian implementasi, dan memastikan bahwa intervensi yang dilakukan, terutama di bidang tele-oftalmologi serta tatalaksana Retinopati Diabetik sesuai standar medis terkini, dapat berjalan efektif dan berkelanjutan di sistem layanan kesehatan kita,” ucapnya.
Dari pihak Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, selaku Presiden Direktur, menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan.
Ia berharap kolaborasi ini dapat menjadi katalis transformasi, mengatakan, “Kami berharap luaran dari kemitraan ini juga bisa berkontribusi dalam upaya percepatan transformasi kesehatan serta pencapaian target Peta Jalan Kesehatan Penglihatan 2025 - 2030.”
Sementara itu, Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epi., Ph.D., Sp.M(K) yang memimpin pelaksanaan program, menyoroti tiga hambatan besar yang selama ini menghalangi upaya menurunkan beban RD di Indonesia.
“Tantangan utama kita ada tiga: jumlah pasien diabetes yang sangat besar, cakupan skrining mata yang sangat rendah, kurang dari 5%, dan distribusi tenaga ahli mata yang tidak merata. Akibatnya, sebagian besar pasien datang dalam kondisi sudah lanjut atau terlambat,” ujarnya.
Prof. Bayu menjelaskan bahwa proyek ini berfokus pada pengembangan model layanan skrining RD yang terintegrasi dengan tatalaksana yang komprehensif. Upaya tersebut melibatkan penguatan sistem koordinasi, perbaikan akses dan mutu layanan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, optimalisasi pembiayaan, serta pemanfaatan data dan teknologi kesehatan.
Ia menegaskan, “Melalui model ini, kami menargetkan peningkatan cakupan skrining secara signifikan dan memastikan pasien yang membutuhkan tatalaksana dapat segera mengaksesnya sebelum terjadi kebutaan permanen.”
Baca Juga: Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
Aspek keberlanjutan menjadi perhatian utama dalam proyek ini. Prof. Bayu menyampaikan bahwa salah satu hasil penting yang ditargetkan adalah tersusunnya bukti ilmiah yang dapat menjadi dasar kebijakan nasional dan alokasi sumber daya, sehingga program dapat diperluas secara bertahap ke skala lebih besar dan menjangkau populasi yang lebih luas.
Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri kesehatan ini menandai langkah maju dalam penanganan Retinopati Diabetik di Indonesia. Dengan beban diabetes yang terus meningkat dan tingginya risiko kebutaan akibat RD, upaya memperluas akses skrining dan layanan tatalaksana berbasis teknologi menjadi sangat penting.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda