Suara.com - Pemilu 2024 yang akan didominasi pemilih dari kelompok milenial dan Gen Z disebut bakal menjadi tantangan tersendiri bagi partai politik baru.
Menurut pengamat isu-isu global dan strategis Imron Cotan, generasi milenial dan Gen Z tidak terpaku pada pilihan ideologi tertentu. Namun kelompok pemilih tersebut terpaku pada gadget.
"Hal penting yang perlu dicatat adalah generasi milenial dan generasi Z terdeteksi tidak memiliki pilihan ideologi yang 'fixed', selain terpaku pada gadget,” ujar Imron dalam webinar nasional bertema "Tantangan dan Peluang Parpol Baru pada Pemilu 2024" seperti dikutip Antara di Jakarta pada Jumat (21/7/2023).
Imron mengemukakan, jika parpol baru mampu menarik dukungan dari generasi milenial dan gen Z maka punya potensi besar untuk menyundul eksistensi parpol yang sudah ada.
Lebih lanjut, ia menilai partai politik (parpol) baru atau parpol nonparlemen dihadapkan pada pertarungan elektoral yang sengit melawan parpol-parpol yang sudah eksis sebelumnya.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa untuk bisa merebut dukungan pemilih dan lolos ambang batas, maka parpol baru dan parpol non-parlemen harus bisa menghadirkan gagasan-gagasan baru dan segar.
Pun bisa menawarkan solusi bagi persoalan yang dihadapi generasi milenial dan generasi Z.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan, 85 persen pemilih Indonesia mudah pindah ke partai politik (parpol) lain karena identitas partai atau "party ID" di Indonesia sangat kecil.
"'Party ID' di Indonesia sangat kecil. Artinya, secara teori, 85 persen pemilih Indonesia mudah pindah ke lain parpol,” ujar Djayadi dalam webinar nasional bertema "Tantangan dan Peluang Parpol Baru pada Pemilu 2024" seperti dikutip Antara pada Jumat (21/7/2023).
Baca Juga: Hampir Separuh dari Jumlah DPT, Milenial dan Gen Z Dominasi Daftar Pemilih DIY di Pemilu 2024
Ia mengemukakan, jika hanya menggunakan satu indikator tersebut maka swing voter menjadi sangat tinggi.
"Selain itu, pengguna internet sangat tinggi. Internet membuat semua partai punya peluang yang sama," ucapnya.
Namun, ia menguraikan sejumlah tantangan yang harus dihadapi partai baru untuk bisa mencapai ambang batas parlemen minimal 4 persen.
Djayadi mengungkapkan, yang pertama, walau dapat menjadi keuntungan, identitas partai yang rendah dapat menjadi tantangan yang harus dihadapi partai baru. Kedua, volatilitas parpol tinggi di tingkat provinsi, namun cenderung rendah di tingkat nasional.
Ketiga, minat pemilih untuk mendukung partai baru cenderung turun. Performa partai baru paling tinggi terjadi pada tahun 2004.
"Total suara partai baru di 2004 itu sekitar 21,3 persen, hanya kalah dari Golkar yang memperoleh 22 persen lebih. Jumlah itu turun jadi 7,2 persen di 2009 dan seterusnya," ujar Djayadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Ngaku Lagi di Luar Pulau Jawa, Ridwan Kamil Tidak Hadir Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Besok
-
Paslon Bupati-Wakil Bupati Bogor nomor 2 Pecah Kongsi, Soal Pencabutan Gugatan Sengketa Pilkada ke MK
-
Miris, Warga Bali 'Dibuang' Adat Karena Beda Pilihan Politik
-
Meski Sudah Diendorse di Kampanye, Pramono Diyakini Tak akan Ikuti Cara Anies Ini Saat Jadi Gubernur
-
Pilkada Jakarta Usai, KPU Beberkan Jadwal Pelantikan Pramono-Rano
-
MK Harus Profesional Tangani Sengketa Pilkada, Jangan Ulangi Sejarah Kelam
-
Revisi UU Jadi Prioritas, TII Ajukan 6 Rekomendasi Kebijakan untuk Penguatan Pengawasan Partisipatif Pemilu
-
Menang Pilkada Papua Tengah, Pendukung MeGe Konvoi Keliling Kota Nabire
-
Pasangan WAGI Tempati Posisi Kedua Pilkada Papua Tengah, Siap Tempuh Jalur Hukum ke MK
-
Sah! KPU Tetapkan Pasangan MeGe Pemenang Pilgub Papua Tengah 2024