Suara.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, pernikahan di usia dini sangat berbahaya bagi remaja perempuan.
"Jika pernikahan di usia dini terus terjadi, maka banyak sekali risiko-risiko yang akan dihadapi oleh anak tersebut. Misalnya, pada saat dia hamil, risiko kematiannya sangat tinggi," kata Linda, saat menghadiri Perayaan Hari Internasional Anak Perempuan yang digelar Plan Internasional Indonesia, di Jakarta, Jumat (10/10/2014).
Linda mengatakan bahwa anak dalam usia di bawah 18 tahun, pada dasarnya masih memerlukan gizi dalam proses tumbuh kembangnya. Dengan demikian jika dia hamil, remaja perempuan tersebut akan berebut makanan dan asupan gizi dengan bayi yang dikandungnya.
"Tentu saja ini sangat berbahaya bagi remaja perempuan yang hamil, dan (bagi) anak yang dikandungnya," tegasnya.
Linda mengatakan lagi, hasil penelitian yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa perempuan yang hamil saat berusia 10-15 tahun, berisiko meninggal lima kali lipat saat hamil atau saat persalinan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.
Semenara selain itu, lanjut Linda, remaja perempuan yang menikah di usia anak, juga cenderung tidak memiliki hak suara terhadap suaminya. Hal ini menyebabkan sering terjadinya pertengkaran, yang dapat menimbulkan stres dan gangguan jiwa terhadap sang istri berusia muda.
"Untuk itu, perlu dilakukan upaya pencegahan perkawinan dini melalui berbagai strategi. Misalnya melalui pendidikan dan peningkatan ekonomi keluarga," katanya.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh semua pihak, Linda menekankan bahwa bangsa Indonesia dapat mewujudkan cita-cita bersama untuk menghapuskan perkawinan paksa terhadap remaja perempuan di usia dini. Semua itu dengan tujuan agar dapat menghasilkan remaja Indonesia yang cerdas dan berkualitas. [Antara]
Berita Terkait
-
Ayah Nissa Sabyan Buka Suara Soal Isu Kehamilan, Ini Faktanya!
-
Di Balik Senyum Buruh Gendong Beringharjo: Upah Tak Cukup, Solidaritas Jadi Kekuatan
-
Jakarta Feminist Soroti Kasus Femisida 2024: Satu Perempuan Dibunuh Setiap Dua Hari di Indonesia!
-
Tubuh, Lingkungan, dan Hak Perempuan Jadi Sorotan Women's March Jakarta 2025
-
Kutukan Bahu Laweyan di Film 'Perempuan Pembawa Sial' Ternyata Pengalaman Pribadi Didik Nini Thowok
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Rahasia Kreasi Kopi Kekinian: Coconut Milk, Bahan Lokal yang Mengguncang Industri Minuman!
-
Tren Fesyen Wanita Karier 2025: Ini 5 Item Wajib Ada di Lemari
-
Eye Cream atau Moisturizer Dulu? Ini Urutannya untuk Skincare Malam
-
Berapa Biaya Sekolah di Orchid Park Secondary School seperti Gibran? Segini Kisarannya
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?
-
Siapa Ayah Prabowo Subianto? Silsilahnya Disorot usai Sang Presiden Ziarah Makam di Belanda