Suara.com - Banyak orang berpikir, tak ada yang menarik dari kota Tangerang. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan tujuan wisata. Ya, mendengar kata Tangerang saja, yang terlintas dalam benak adalah kota yang panas, macet, dan penuh dengan pemukiman maupun pabrik.
Namun, setelah mendapat rekomendasi dari seorang teman, ada tempat yang asyik untuk liburan akhir pekan, yang bisa ditempuh hanya dengan jalan kaki, dari satu tempat ke tempat lainnya, saya pun mencoba mengunjungi Pasar Lama Tangerang.
Tangerang hingga saat ini sering disebut sebagai Kota Benteng. Hal ini dikarenakan, pada zaman penjajahan Belanda, di kota di barat Jakarta ini dibangun benteng pertahanan di dekat Sungai Cisadane yang digunakan sebagai benteng pertahanan dari serangan Kesultanan Banten.
Itulah sebabnya mengapa warga yang tinggal di kawasan ini diberi julukan Cina Benteng. Selain berada di kawasan bekas benteng, kebanyakan warga di kawasan tersebut merupakan keturunan etnis Tionghoa yang menempati wilayah itu sejak ratusan tahun lamanya.
Maka tak heran, ketika saya sampai di pasar tradisional tertua yang pernah ada ini, jejak keberadaan etnis Tionghoa sangat terasa. Mulai dari bangunan rumah penduduk yang masih mempertahankan bentuk aslinya, sampai pada makanan yang dijual di kaki limanya.
Di pasar yang merupakan cikal bakal Kota Tangerang ini, saya juga masih melihat sisa-sisa masa lampau dari daerah pecinan tempo dulu. Jika bisa disebut beberapa di antaranya adalah Kelenteng Boen Tek Bio, Museum Benteng Heritage dan Masjid Kali Pasir.
Menelusuri kerumunan Pasar Lama Tangerang, saya pun disambut dengan beragam kuliner khas yang juga legendaris, seperti asinan, babi asap, sate babi. Tak ketinggalan otak-otak tenggiri yang sedang dibakar, hingga asapnya menghadirkan aroma yang sedap di udara.
Berjalan terus melewati kerumunan pasar yang menjual beragam sayur mayur dan bahan masakan lain, tanpa saya sadari saya telah sampai di depan kelenteng Boen Tek Bio yang berada di sebelah kanan saya.
Boen Tek Bio berarti “kebajikan”. Kelenteng ini dikenal sebagai kelenteng tertua di Tangerang yang diperkirakan sudah berumur 300 tahun. Kelenteng ini hanya sekali direnovasi, yakni pada tahun 1844. Bahkan ketika Indonesia belum merdeka.
Kelenteng ini konon dibangun secara swadaya oleh warga setempat. Pada masanya, warga Tionghoa di Tangerang dan Jakarta bersatu mengumpulkan dana untuk membangun kelenteng tersebut. Pada perjalanannya, makin banyak umat Boen Tek Bio yang beribadah di sini, sehingga kelenteng ini dipercantik hingga menjadi seperti saat ini.
Kelenteng ini merupakan salah satu dari tiga kelenteng besar yang berpengaruh serta berusia tua di Tangerang. Dua kelenteng tua lainnya adalah Boen San Bio dan Boen Hay Bio yang berusia hampir sama.
Memasuki kelenteng tersebut, indra penciuman saya pun langsung dipenuhi dengan aroma asap hio. Karena saya datang di hari Sabtu, maka memang sedang banyak-banyaknya jemaah yang beribadah. Mereka sangat khusyu dalam berdoa.
Di area belakang kelenteng Boen Tek Bio juga terdapat sebuah vihara yang bernama Vihara Padumuttara. Tempat peribadatan umat Buddha itu besar dan bersih. Saya bisa merasakan kesejukan ketika berada di dalam vihara ini, sehingga saya betah berlama-lama di sana.
Sejenak saya hanyut dalam ketenangan yang dihadirkan di vihara itu. Sebelum akhirnya saya sadar, masih banyak tempat yang harus saya sambangi. Belum lagi sederet makanan yang ingin saya cobai siang itu.
Berita Terkait
-
5 Rekomendasi Sepatu Futsal yang Bisa Dipakai untuk Jalan-Jalan, Harga Mulai Rp300 Ribuan
-
Liburan Keluarga Hemat, Ini 5 Mobil Bekas Rp40 Jutaan, Muat Banyak, Irit Bensin
-
Fakta Baru Kasus Anak Kasi Propam Tapsel: Wanita di Mobil Ternyata Pacar, Bukan Guru
-
Kesempatan Langka Buat Pria, Belanja Skincare Bisa Jalan-Jalan Gratis ke Italia dan Nonton MotoGP
-
Viral Kasus Lucky Hakim, Ini Aturan Jalan-Jalan Ke Luar Negeri Buat Pejabat
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- Innalillahi, Aktor Epy Kusnandar Meninggal Dunia
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
Pilihan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
-
Drama Sidang Haji Alim: Datang dengan Ambulans & Oksigen, Ratusan Pendukung Padati Pengadilan
Terkini
-
Meski Ekonomi Lagi Lesu, Self-Care Tetap Jadi Prioritas di Gaya Hidup Modern
-
5 Lip Balm SPF 30+ untuk Bibir Lembap dan Terlindungi Maksimal di Luar Ruangan
-
Ketika Mimpi Tak Punya Batas: Kisah Inspiratif dari Para Siswa dan Alumni SLB N Cilacap
-
Kulit Kering Sebaiknya Pakai Moisturizer Tekstur Apa? Cek Rekomendasi yang Bisa Dicoba
-
Ramalan Shio Besok 5 Desember 2025, Ini 6 yang Paling Hoki dan Lancar Rezeki
-
Kolagen Banking vs Suntik Filler: Mana yang Lebih Aman untuk Melawan Tanda Penuaan?
-
Lebih Bagus Compact Powder atau Two Way Cake? Ini Rekomendasi Produknya!
-
Rahasia Kulit Glowing: 8 Manfaat Ajaib AHA yang Wajib Kamu Tahu!
-
Hari Ini Malam Jumat Kliwon atau Bukan? Cek Wetonnya Menurut Kalender Jawa
-
5 Pilihan Parfum Mykonos yang Wanginya Tahan Lama untuk Pekerja Kantoran