Suara.com - Produk organik seperti sayuran, buah-buahan hingga kosmetik semakin menjamur belakangan ini. Kesadaran masyarakat akan hidup sehat yang semakin meningkat, menjadi salah satu alasannya.
Pasalnya, buah, sayur dan makanan organik tidak menggunakan bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida dalam penanamannya. Sehingga produk organik diyakini lebih sehat dari produk non-organik.
Nah, masalahnya, banyak masyarakat yang menganggap bahwa produk organik mahal sehingga hanya untuk kalangan menengah atas. Padahal menurut Ketua Komunitas Organik Indonesia (KOI) Christopher Emille Jayanata, produk organik terkesan mahal karena konsumen membelinya di supermarket.
"Orang bilang mahal karena belinya di supernarket. Padahal aslinya produk organik itu lebih murah dibandingkan non organik. Karena ongkos produksi kita lebih murah, pupuk bikin sendiri lewat kompos dan pestisida kita juga nggak pakai, obat-obatan lain kita nggak pakai," ujar lelaki yang akrab disapa Emille saat ditemui dalam Organic, Green, and Healthy (OGH) Expo di Bentara Budaya Jakarta, Minggu (16/10/2016).
Selain ongkos produksi lebih rendah, jumlah produksi yang ditanam secara organik, menurutnya, lebih banyak dibandingkan dengan cara non organik. Emille mencontohkan, ketika padi ditanam secara konvensional pada tanah seluas 1 hektar, maka biasanya menghasilkan gabah kering hanya sekitar 4-5 ton.
"Beda halnya dengan cara organik, melalui proses system rice intensification (SRI), dalam 1 hektar bisa menghasilkan minimal 8 ton. Kalau dilakukan terus menerus bisa sampai 12 ton. Jadi kebayang kan, ongkos produksi lebih murah tapi hasil panen lebih banyak dua kali lipat," tambah dia.
Asumsi bahwa produk organik selalu mahal inilah, kata Emil, dimanfaatkan oleh pihak supermarket untuk menjualnya dengan harga di atas rata-rata. Hal ini untuk menimbulkan kepercayaan konsumen bahwa dirinya mendapatkan barang berkualitas.
"Supermarket itu maunya produk organik mahal. Itu juga karena didorong sama konsumen, organik harus mahal sehingga keterbodohan terjadi di situ. Nanti orang nggak percaya kalau beli organik murah," lanjut Emille.
Untuk itulah, kata dia, Komunitas Organik Indonesia (KOI) menggelar pameran Organic, Green, and Healthy (OGH) Expo setiap tahun, demi menjembatani konsumen bertemu langsung dengan para produsen produk organik. Dalam gelaran yang sudah berlangsung sejak Jumat (14/10/2016), ada 170 produsen produk organik yang turut berpartisipasi.
"Untuk mengedukasi bahwa produk organik nggak mahal dan lebih menyehatkan, kami adakan acara inim kita dekatkan langsung konsumen dan produsen. Ada juga bazar yang kita lakukan setiap minggunya dan antusiasme masyarakat selalu bagus," pungkas Emille.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
5 Rekomendasi Lipstik untuk Ibu-Ibu Tampil Aktif di Hari Spesial, Warna Elegan Curi Perhatian
-
7 Resep Matcha yang Creamy Ala Cafe, Minuman Viral Sepanjang 2025
-
Resep Matcha Sederhana Buat Sajian Natal, Estetik dan Mudah Dibuat di Rumah
-
6 Shio Paling Beruntung pada 21 Desember 2025, Saatnya Raih Kesuksesan
-
4 Lipstik Transferproof Terbaik untuk Sehari-hari, Tahan Lama dan Harga Hemat
-
Apa Saja Amalan Selama Bulan Rajab? Ini Kata Buya Yahya
-
4 Sepatu Lari Teknologi Tinggi Rekomendasi Dokter Tirta untuk Kecepatan Maksimal
-
5 Sunscreen Mengandung Antioksidan untuk Usia 60-an, Rahasia Awet Muda
-
Mahasiswa Perlu Kompetensi Lintas Budaya, Prasmul-Canterbury Jawab Lewat Experiential Learning
-
5 Lipstik untuk Usia 40-an, Wajah Segar dan Terlihat Lebih Muda