Suara.com - Jika Anda bermukim di Jakarta, kawasan Asemka di Kota Tua bisa menjadi tempat yang tepat mencari pernak pernik untuk meramaikan tahun baru. Di sisi kanan dan kiri jalan, akan dengan mudah didapati deretan terompet dengan ragam bentuk dan warna.
Pasar dadakan ini acapkali bikin jalanan macet karena pengemudi berebut jalan dengan pejalan kaki yang menghampiri dagangan di tepi jalan.
Bang Uki, salah satu pedagang terompet dadakan yang coba mengais rejeki dengan berdagang terompet di daerah tersebut. Bersama 100 pedagang musiman terompet lainnya, Bang Uki berjualan terompet sejak 23 Desember lalu. Daerah tempat tinggalnya, yakni Desa Sukatani, Cikarang memang terkenal sebagai tempat pengrajin terompet musiman. Uki mengaku dirinya sudah mulai menyicil pembuatan terompet sejak Juli lalu.
"Hampir satu kampung jualan musiman terompet. Kira-kira ada 100 orang. Kesini kita sewa mobil ramai-ramai," ujar Ayah dari dua anak ini.
Uki yang sudah sejak 1995 menjadi pedagang terompet musiman ini mengaku telah menghabiskan modal Rp3 juta rupiah untuk menghasilkan 2000 terompet. Jelang tahun baru 2018 ini, kata Bang Uki, terompet Jaran Goyang menjadi tren. Nama Jaran Goyang sendiri diambil dari lagu dangdut yang dipopulerkan Nela Kharisma.
"Karena bikin sendiri kita yang bikin tren. Rata-rata kalau penjualnya dari Cikarang punya terompet model Jaran Goyang ini. Harganya Rp 25 ribu," kata Uki.
Selain model Jaran Goyang, terompet Tanjidor juga menjadi tren terompet teranyar di penghujung tahun ini. Proses pembuatan yang agak susah, membuat harganya cenderung lebih mahal daripada model terompet biasa.
Baca Juga: Pedagang: Penjualan Terompet Tak Terganggu Isu Difteri
"Bikinnya kalau tanjidor lebih susah, banyak bengkok-bengkoknya. Makanya kita jual lebih mahal jadi Rp 25 ribu. Kalau yang model biasa aja cuman Rp 5 ribu," tambah dia.
Uki mengaku bahwa hasil penjualan tahun ini memang cenderung menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian lelaki yang sehari-hari berdagang buah ini tak putus asa menjajakan dagangannya sebagai bagian dari tradisi perayaan tahun baru.
"Dukanya ya kalau jualan siang hari panas. Atau ada yang nggak laku jadi dibawa balik untuk tahun depan. Tapi ya senang aja jadi pedagang musiman karena sudah tradisi juga," tandasnya.
Tag
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
5 Pilihan Parfum Mykonos Aroma Musk Maskulin Harga di Bawah Rp 100 Ribu
-
Sebut Wasit Ma Ning Hancurkan Impian 270 Juta Masyarakat, Apakah Cristian Gonzales Sudah Pensiun?
-
Rasa Sultan Menu Restoran Dearly Joshua Pacar Ari Lasso: Nasi Campur Seporsi Rp80 Ribu?
-
Mengenal Teknologi Hyper-Bond Wonderskin untuk Tampilan yang Menyatu di Kulit
-
Rahasia Kawah Ijen Terungkap: Panduan Lengkap 2025 untuk Pengalaman Terbaik dan Teraman
-
Mitos Selasa Kliwon, Benarkah Keramat? Sara Wijayanto Gelar Ritual Khusus di Hari Itu
-
7 Sunscreen SPF 50 Terbaik untuk Flek Hitam Sekaligus Bikin Wajah Cerah
-
5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
-
9 Krim Pemutih Wajah yang Aman, Terdaftar BPOM, dan Terbukti Efektif
-
Denada Punya Berapa Rumah? Jual Aset Lagi, Kondisi Rumah yang Mau Dijual Jadi Sorotan