Suara.com - Traveling saat ini sudah menjadi kebutuhan hidup hampir setiap orang. Dengan gaya low budget atau high budget, traveling dilakukan hampir di setiap hari libur nasional dengan beragam tujuan, mulai dari dalam hingga luar negeri. Dengan berbagai kemudahan layanan teknologi, menjadikan banyak orang meluangkan waktu untuk berlibur ke tempat impian.
Namun, ada kalanya keraguan datang menghampiri, bisa karena informasi yang salah hingga mitos-mitos yang menghambat rencana traveling Anda. Apa saja mitos traveling yang sering dipikirkan oleh traveler?
Mitos 1: Traveling itu mahal
Traveling mewah memang baik untuk dinikmati oleh orang-orang yang sudah pensiun. Tapi, Anda tidak harus menunggu sampai pensiun untuk menikmati liburan yang menyenangkan. Anda bisa melakukannya dengan menyesuaikan budget yang Anda punya. Anda bisa mencari tiket murah di berbagai website atau melalui program yang diadakan oleh maskapai penerbangan.
Mitos 2: Dunia luar itu berbahaya
Bahaya ada dimana-mana, bahkan di lingkungan dekat rumah Anda sendiri. Asalkan dipersiapkan dengan benar dan Anda berhati-hati ketika traveling, semua akan aman-aman saja, kok.
Mitos 3: Sering cuti akan menghambat karier
Hidup itu cuma sekali, dan terkadang tidak apa-apa jika Anda harus meninggalkan pekerjaan dan segala rutinitas hidup untuk berlibur. Percayalah, traveling benar-benar memberi manfaat dan Anda akan merasa fresh setelah kembali dari tempat liburan. Bepergian ke tempat baru akan memberi Anda wawasan baru, bahkan membuat Anda jadi lebih kreatif.
Mitos 4: Traveling itu ribet, harus pakai guide atau buku petunjuk
Pada dasarnya, buku petunjuk atau guide hanya digunakan untuk panduan. Pergi ke suatu destinasi yang disarankan buku bukanlah suatu kewajiban, jadi jangan terlalu kaku dan sesuaikan saja dengan perjalanan Anda. Jika Anda punya rencana lain yang lebih seru dan bermanfaat, kenapa tidak dicoba untuk dilakukan?
Mitos 5: Traveling harus menggunakan bahasa Inggris
Memang, banyak negara di dunia ini yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa primer untuk warganya. Tapi, ini tergantung tempat tujuan Anda. Jika Anda pergi ke Jepang, misalnya, kemampuan mayoritas warganya dalam menggunakan bahasa Inggris sangatlah minim. Jadi, jangan takut dengan kendala bahasa.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Bella Hadid Sakit Apa? Bagikan Foto Sedang Dirawat, Kondisinya Bikin Khawatir
-
Aset Tanah dan Bangunan Wahyudin Moridu, Anggota DPRD Gorontalo Viral Sebut Mau Rampok Uang Negara
-
Koleksi Tas Istri Anggota DPRD Wahyudin Moridu, Suaminya Viral Mau 'Rampok Uang Negara'
-
Masa Depan Pendidikan dan SDGs: Pelajaran dari Ambassador Talk di Nusa Putra
-
Siapa Istri Wahyudin Moridu? Anggota DPRD yang Viral Mau 'Rampok Uang Negara'
-
Staycation Rasa Museum: Liburan Mewah di Makau Sekaligus Intip Dunia Picasso!
-
Bedak Herocyn Bisa untuk Wajah? Ketahui Manfaat dan Fungsi Bedak yang Satu Ini
-
Profil UTS Insearch Sydney yang Masuk Riwayat Pendidikan Gibran, Apakah Semacam Bimbel?
-
Ketika Satu Video Mengubah Nasib Restoran: Fenomena Croissant TikTok
-
Wahyudin Moridu dari Partai Apa? Anggota DPRD Viral Ngaku Mau 'Rampok Uang Negara'