Suara.com - Melestarikan budaya dan tradisi menjadi fokus utama dari Komunitas Perempuan Pelestari Budaya.
Didirikan pada November 2017, Komunitas Perempuan Pelestari Budaya diisi oleh 30 perempuan dari banyak latar belakang yang berbeda.
"Kami semua berbeda-beda, mulai dari agama, suku, bahkan karir. Ada yang konsultan SDM, wartawan, wirausaha, karyawan, bagiannfinansial, surveyor, NGO, guru yoga, hingga kerja di perhotelan," kata Pendiri Komunitas Perempuan Pelestari Budaya, Diah Kusumawardhani Wijayanti kepada Suara.com, beberapa waktu lalu.
Komunitas Perempuan Pelestari Budaya yang memiliki jumlah anggota tetap 30 orang ini kerap menyelenggarakan acara dengan gimmick bertema tradisi dan budaya tradisional yang dikemas kekinian.
Misalnya mengenakan tenun saat Hari Sumpah Pemuda beberapa waktu lalu. Ketika ditanya apa alasannya, Diah mengatakan bahwa hal tersebut merupakan cara untuk memperkenalkan kembali kain tradisional tenun ke tengah masyarakat luas.
"Kami ingin meperkenalkan sekaligus mengajak kembali menggunakan kain tradisional. Ini bukan kain yang kolot, kuno tapi bisa dimodifikasi lebih modern," kata Diah bersemangat.
Uniknya, Diah dan teman-teman di Komunitas Perempuan Pelestari Budaya sangat fokus berkampanye di media sosial dengan selalu mengunggah kegiatan komunitas dan menggunakan tagar khusus.
"Kami ingin menjadi corong di sosial media. Ingin apa yang kita lakukan bukan hanya dilakukan kelompok kami tapi dibicarakan dan menjadi tren di mana-mana, menjadi viral," imbuh perempuan yang juga pendiri sekolah tari tradisional gratis di bawah naungan Yayasan Belantara Budaya Indonesia ini.
Untuk itu, kata Diah, wajib hukumnya bagi anggota komunitas memiliki sosial media dan mengunggah kegiatan sambil bercerita hal kebaikan. Lebih lanjut ia mengatakan karena memiliki target di dunia maya, Komunitas Perempuan Pelestari Budaya sangat selektif memilih anggota.
Baca Juga: Urus Bayi Tanpa Babysitter, Zee Zee Shahab dan Suami Makin Mesra
Ia akan terlebih dahulu melihat aktivitas media sosial calon anggota.
"Yang nyinyir nggak boleh (gabung), yang rasis nggak boleh (gabung). Tidak ada kriteria khusus, tapi secara general harus senang local brand, no politic, no sara. Intinya kita positive vibes dan medsos itu cerminan diri, nggak bisa dibohongi," terang Diah merinci.
Selain membuat acara internal untuk sesama anggota, Komunitas Perempuan Pelestari Budaya juga beberapa kali membuat acara bertema sosial yang terbuka untuk umum.
Salah satunya membuat seminar tentang filosofi Batik yang dilakukan awal 2018, dan seminar tentang anak yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
"Jadi, nanti ada seminar tentang anak-anak dan kita membawa psikolog, acara seperti itu terbuka untuk umum," tambah Diah lagi.
Selain itu, Komunitas Perempuan Pelestari Budaya juga telah mengunjungi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk membantu pendanaan sekolah tari yang ada di sana.
Orang-orang Sejiwa Lewat Komunitas
Salah satu anggota, Ratih Rudianto mengatakan, bergabung dengan Komunitas Perempuan Pelestari Budaya membuatnya semakin mengenal banyak karakter yang sejiwa.
"Sejak dulu saya sudah peduli dengan budaya, tapi tak tahu ke mana harus bergabung (komunitas). Dan sekarang wawasan saya tentang budaya dan tradisi makin bertambah sejak bergabung dengan komunitas ini, terangnya panjang lebar.
Senada dengan Ratih, anggota lain bernama Elin Shinta mengaku semakin mencintai kain wastra Indonesia saat bergabung dengan Komunitas Perempuan Pelestari Budaya.
"Saya secara umum senang dengan fesyen dan pas ketemu komunitas ini makin digiatkan menyukai kain wastra, makin membawa produk kain ke hidupan sehari-hari," ucapnya.
Anda yang tertarik bergabung atau ingin mengetahui lebih jauh tentang komunitas ini dapat melihat seluruh kegiatan Komunitas Perempuan Pelestari Budaya di laman Facebook dan Instagramnya @perempuanpelestaribudaya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Berapa Biaya Sekolah di Orchid Park Secondary School seperti Gibran? Segini Kisarannya
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?
-
Siapa Ayah Prabowo Subianto? Silsilahnya Disorot usai Sang Presiden Ziarah Makam di Belanda
-
Ribuan Orang Keracunan MBG, Ini Nomor Hotline Pengaduan BGN Resmi
-
5 Rekomendasi Film Mirip One Battle After Another, Sajikan Ketegangan Intens yang Seru!
-
Kekayaan Tony Blair yang Ditunjuk Jadi Pemimpin Sementara Gaza