Suara.com - Sepi Peminat, Begini Cara Menarik Milenial Berwisata Sejarah dan Budaya
Tak bisa dipungkiri, wisata adventure lebih menantang bagi generasi milenial ketimbang menjelajah wisata sejarah dan budaya. Padahal, Indonesia memiliki wisata sejarah dan budaya yang tak terhingga, seperti berkunjung ke museum atau mempelajari tradisi leluhur.
Di tengah tingginya minat generasi milenial untuk melakukan wisata adventure, wisata sejarah kian sepi peminat. Untuk mengatasi rendahnya minat milenial wisata sejarah dan budaya, Executive Director Markplus Center Tourism and Hospitality, Nalendra Pradono memiliki beberapa ide untuk menarik milenial melakukan wisata sejarah dan budaya. Bukan hanya yang ada di Indonesia tetapi juga di belahan dunia mana pun.
“Pertama kita harus melihat trennya dulu. Misalnya untuk tren wisata pada 2020, ada sekitar 300 juta youth trip secara global. Nah, ini juga harus ditangkap oleh destinasi yang mau merebut pasar ini. Tentu tak hanya dari segi produk tetapi kemasannya juga harus disesuaikan untuk milenial. Khususnya bagi pelaku wisata sejarah yang selama ini wisatanya dia anggap spooky,” ungkap Nalendra Pradono kepada Suara.com saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.
Kedua, sambungnya, pelaku wisata harus mengenali karakter dan keinginan milenial. Apa sih keinginan milenial? Pastinya melenial itu tech savvy dan digital savvy. Kalau mereka terkesan, mereka pasti akan sharing di media sosial dan sebagainya.
“Maka, destinasi (sejarah dan budaya) itu pun harus siap dengan itu. Hal yang paling mudah dilakukan adalah menyediakan tempat-tempat selfie yang menarik buat mereka,” jelasnya.
Selanjutnya untuk menarik minat milenial wisata sejarah dan budaya tentunya juga tidak menghilangkan nilai otentik dari objek wisata itu sendiri. Jadi bagaimana destinasi itu bisa mengemas sumber daya dan daya tariknya sehingga bisa menonjolkan sisi otentik kepada teman-teman milenial.
“Kunci utamanya tetap bagaimana kemasannya dibuat menarik bagi melenial. Lewat teknologi pastinya. Kalau kita liat di luar negeri mereka sudah pakai VR, kemudan juga ada QR code. Jadi nggak hanya lewat bacaan saja untuk mengerti sejarah, tapi juga lewat rasa. Jadi interpretasinya yang bisa dimodivikasi agar milenial tertarik mengetahui sejarah,” imbuhnya.
Baca Juga: Banyak Kasus Turis Meninggal saat Wisata, Ini 4 Tips Aman Saat Liburan
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Inovasi Kafe Ini Tawarkan Pengalaman Ngopi Premium Ala Gen Z
-
5 Parfum Aroma Teh yang Bikin Hati Adem: Serasa Meditasi Seharian
-
Apa Perbedaan Doa Iftitah Shalat Fardu dan Shalat Sunah? Ini Jawabannya
-
7 Cara Agar Rumah Bebas Nyamuk: Tips Praktis yang Ampuh dan Alami
-
6 Cara Agar Rumah Bebas Tikus: Tips Ampuh dan Mudah Dilakukan
-
5 Rekomendasi Sunscreen Terbaik untuk Kulit Kusam, Harga Terjangkau dari Rp19 Ribuan
-
Jejak Kontroversi Abdul Kadir Karding: Viral Main Domino, Kini Kena Reshuffle
-
Latar Belakang Pendidikan Purbaya Yudhi Sadewa: Bergelar Doktor Ilmu Ekonomi, Gantikan Sri Mulyani
-
Deretan Bisnis Ashanty, Kini Toko Kue Lu'miere Bangkit Lagi
-
Gurita Bisnis Narji Cagur dan Istri, Hidup Makmur Jadi Juragan Sawah