Suara.com - Pandemi Covid-19 ternyata membuat para gadis remaja, bahkan mereka yang baru berusia 6 tahun mengirimkan pesan teks seksual.
Hal ini sebagaimana diungkap penelitian yang dilakukan SafeToNet, sebuah perusahaan keamanan siber Inggris. Dalam penelitiannya, mereka menemukan pesan teks berbau seksual atau sexts yang ditulis anak Inggris meningkat sebanyak 183 persen dibanding sebelum pandemi.
Bahkan lonjakan ini terjadi sebanyak 55 persen dikirim selama jam belajar sekolah Inggris.
Untuk mendeteksi ini perusahaan menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang digunakan untuk melindungi anak dari cyberbullying dan sextortion, seperti diwartakan Independent, Jumat (26/6/2020).
Diperiksa dari 70 juta pesan yang berisiko berbahaya yang dikirim oleh anak-anak menggunakan aplikasi pengamanan mereka.
Para gadis remaja ini ditemukan mengirim sebagian besar pesan-pesan bermasalah yang bersifat sangat seksual.
Para peneliti kemudian menemukan anak perempuan berusia 11 tahun dan anak laki-laki 13 tahun yang mengirim pesan dengan jumlah terbanyak, berdasarkan jenis kelamin. Pesan-pesan ini berhasil diidentifikasi sebagai cyberbullying.
Kepala Eksekutif sekaligus Pendiri SafeToNet, Richard Pursey mengumpamakan anak-anak seolah sedang bunuh diri setiap hari dengan aktivitas online mereka.
"Ini terjadi hampir setiap hari di seluruh dunia, dan saya tahu itu terjadi. Saya tidak mengenal anak-anak ini, tapi beberapa anak akan bunuh diri. Itu karena hal-hal seperti bullying dan sexting, itu hanya karena anak-anak yang jahat pada anak-anak lain," Richard.
Baca Juga: Justin Bieber Bela Diri Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual
Ia sangat tahu hal ini, karena bisa dilihat semuanya melalui platform mereka. Jumlah pesannya sangat signifikan dan berbahaya sehingga difilter.
Richard juga bercerita bahwa ia melihat video yang berisi seorang gadis 11 tahun bunuh diri, dan seorang laki-laki mematik pistol otomatis di kepalanya. Video-video ini sampai ke ponsel anak-anak Inggris.
"Aku terluka karena itu. Sekarang Anda bayangkan seorang anak lelaki berusia 9 tahun dikirimi sebuah tautan yang oleh anak lain disebut sebagai lelucon. Itu tidak lucu, ini adalah cara yang digunakan mereka agar melihat laki-laki yang dipenggal kepalanya," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
10 Cara Mengatasi Skin Barrier Rusak selain Memakai Produk Skincare
-
5 Rekomendasi Translucent Powder Merek Lokal, Tak Kalah dengan Brand Luar
-
Mawatu, Pusat Gaya Hidup dan Pariwisata Terpadu Baru di Labuan Bajo
-
Ramadan 2026 Berapa Minggu Lagi? Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 18 Februari
-
LocknLock Buka Store Baru di Ayani Mega Mall Pontianak untuk Perluas Jaringan Ritel
-
TPJF 2025, Satu Dekade Merajut Budaya dan Musik Jazz dalam A Culture Resonance
-
5 Produk Paling Laris di MOP Beauty Milik Tasya Farasya, Punya Translucent Powder Juara
-
Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Ala Cover Album SZA, Hasil Dijamin Mirip Asli
-
Isi Permenpora Nomor 14 Tahun 2024 yang Dicabut Erick Thohir, Sempat Jadi Polemik?
-
7 Daftar Ikan Laut yang Tidak Aman Dikonsumsi, Mengandung Racun Berbahaya