Suara.com - Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan larangan penggunaan plastik sekali pakai sejak 1 Juli 2020 lalu. Aturan tersebut menuai komentar Direktur Kemasan Group, Wahyudi Sulistya.
Kepada media, ia menjelaskan bagaimana awalnya plastik diciptakan agar tidak digunakan sekali pakai.
"Sebenarnya plastik itu, saat diciptakan pertama kali, harusnya dipakai berulang-ulang," ujar Wahyudi dalam diskusi webinar beberapa waktu lalu di Jakarta.
Menurut sejarah, plastik dibuat untuk mencegah banyaknya pohon yang ditebang sebagai bahan baku kantong kertas, sebuah wadah yang hanya bisa digunakan sekali pakai.
Inovasi plastik yang lebih awet dan tahan lama, dinilai mampu menyelamatkan bumi dari ancaman banyaknya penebangan pohon.
Raoul Thulin, putra Sten Gustaf Thulin sang penemu plastik pada 1959 pernah berucap: "Bagi ayah saya, gagasan bahwa orang akan membuangnya begitu saja adalah hal yang aneh," ungkap Raoul dikutip Suara.com dari The Independent.
Hal tersebet diamini juga oleh Wahyudi. Menurutnya, proses produksi plastik jauh lebih murah daripada kantong dari kertas.
"Sehingga diciptakan waktu itu ada plastik untuk bisa dipakai berulang-ulang, tapi karena proses produksi plastik itu menggunakan energi yang lebih sedikit, dan lebih efisien dalam proses produksinya, sehingga plastik itu jatuhnya sangat murah dibanding packaging lainnya," terang Wahyudi.
Karena harganya yang murah, banyak masyarakat yang mulai mengabaikan fungsi plastik dan membuat plastik tidak bernilai apalagi digunakan berulang.
Baca Juga: Kabar Baik, Warga Bisa Memilah Sampah dari Rumah Hanya Melalui Ponsel!
"Karena kantong plastik ini harganya murah sehingga masyarakat mengabaikan," ungkap Wahyudi.
Kini larangan plastik sekali pakai di DKI Jakarta tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019, tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pasa Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat.
Itu dilakukan sebagai akibat banyaknya sampah plastik di banyak tempat di seluruh dunia. Plastik dianggap sebagai salah satu penyumbang masalah kerusakan lingkungan nomor satu di dunia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Menu Sarapan Rendah Gula yang Cocok untuk Program Diet Harianmu: Praktis, Kenyang Lebih Lama
-
Siswi SMA Cetak Prestasi Nasional Lewat Riset Biolarvasida dari Limbah Dapur
-
Finansial Serba Digital: Praktis Buat Urban, Tantangan Buat Indonesia
-
Skin Booster Bakal Jadi Tren Perawatan Kulit Natural yang Paling Dicari
-
5 Ide Kado Hari Guru Nasional 2025, Sederhana tapi Berkesan
-
5 Cushion yang Bagus untuk Usia 40-an, Garis Halus dan Flek Hitam Tersamarkan
-
5 Cushion dengan SPF 50 untuk Aktivitas Outdoor, Lindungi dari Sinar UV
-
Program Penanaman 1.000 Pohon Gaharu Dorong Ekosistem Industri Berbasis Keberlanjutan
-
7 Rekomendasi Serum Retinol untuk Usia 50 Tahun, Samarkan Tanda Penuaan
-
7 Sunscreen untuk Flek Hitam Usia 70 Tahun ke Atas, Rawat Kulit Tipis