Suara.com - obster kembali jadi perbincangan publik, bahkan hingga menjadi trending topik di Twitter, setelah kabar KPK menangkap tangan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo. Politisi Partai Gerindra itu diduga terlibat dalam kasus korupsi ekspor benih lobster.
Mantan menteri KKP Susi Pudjiastuti berulangkali mengkritik kebijakan Edhy mengenai ekspor benih lobster yang dinilai merugikan nelayan. Menurut Susi, satu paket benih lobster berisi 8.000 ekor, bila tidak diekspor harganya mencapai miliaran rupiah.
"1 backpack bibit lobster min 8.000 ekor Rp-nya sama dengan 2 harley = 60 Brompton. Kalau bibit ini tidak diambil, di laut dan jadi besar, nilai jadi minimal 20 harley = 600 brompton. Tidak usah kasih makan, Tuhan yang memelihara, manusia bersabar, menjaga pengambilannya. Tuhan lipatkan gandakan," tulis Susi pada akun Twitter pribadinya pada Desember 2019.
Execitive Chef Roemah kentang 1908 Bahran Hidayat membenarkan bahwa lobster hidup yang tumbuh besar di laut memang lebih mahal. Harganya bahkan dua hingga tiga kali lipat dari lobster yang dibudidayakan.
"Kalau untuk rasa, paling mahal dari laut, dia bukan ternak. Yang paling mahal yang hidup liar. Kalau yang ternak paling enggak Rp 110 ribu per kilo, ada yang sampai Rp 230 ribu. Tapi kalau itu (lobster liar) Rp 330 ribu sampai Rp 400 ribu yang dari laut," kata Chef Bahran saat dihubungi suara.com, Rabu (25/11/2020).
Menurutnya, kebanyakan restoran di Indonesia, terutama yang terletak jauh dari laut, memakai lobster lokal yang telah dibudidayakan. Jenis lobster yang digunakan restoran juga bervariasi.
Namun menurutnya, lobster dengan corak hitam merah biasanya lebih mahal. Karena termasuk king lobster yang tumbuh besar di laut dengan berat bisa mencapai 1,5 kilogram.
"Rata-rata di daerah Jakarta, yang tidak ada di pinggir laut, dia lobster ternak. Cuma kalau di pinggir laut biasanya lebih ke mahal karena lobster cari sendiri di laut, (beli) dari nelayan. Kalau rata-rata hampir 80-90 persen restoran Indonesia pakai lobster ternak dalam arti kata mereka ada ternaknya," ujarnya.
Semakin banyaknya minat publik terhadap menu lobster, diakui Chef Bahran jadi salah satu faktor harga hewat laut itu mahal. Terlebih perkembangbiakannya yang lebih lambat dibandingkan hewan laut lainnya.
Baca Juga: Kebijakan Ekspor Benih Lobster Edhy Prabowo Sebetulnya Siapa yang Untung
"Susah dicari kalau yang besar. Kalau sekarang ada juga yang ternak. Tapi besarnya gak cepat kaya udang. Karena pertumbuhan dia lambat gak secepat seperti ikan, udang dan pasti akan mahal," ucap Chef Bahran.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Pemain Keturunan Jerman-Surabaya Kasih Isyarat Soal Peluang Bela Timnas Indonesia
-
Laurin Ulrich Bersinar di Bundesliga 2: Makin Dekat Bela Timnas Indonesia?
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
Terkini
-
7 Sunscreen SPF Tinggi untuk Flek Hitam di Indomaret yang Bagus
-
Kulit Berminyak Pakai Jenis Moisturizer Apa? Ini 3 Rekomendasi Terbaiknya
-
7 Sepatu Lokal Rp100 Ribuan untuk Aktivitas Harian: Awet dan Nyaman
-
7 Moisturizer di Indomaret yang Mencerahkan Sekaligus Bisa Hilangkan Flek Hitam
-
3 Serum Peptide untuk Mengencangkan Kulit Wanita Usia 40 Tahun, Setop Tanda Penuaan Dini!
-
6 Rekomendasi Obat Totol Jerawat Paling Ampuh dan Terjangkau, Bisa Dibeli di Apotek
-
Melangkah di Lembah Baliem: Trekking Menyusuri Keindahan Alam Papua
-
5 Pilihan Maskara Waterproof yang Wudhu Friendly, Tak Khawatir saat Salat
-
4 Rekomendasi Body Lotion Pria untuk Mencerahkan Kulit Belang dan Melembapkan
-
Profil B.M Diah: Tokoh Pers dan Pahlawan yang Selamatkan Draf Asli Teks Proklamasi