Suara.com - Waisak merupakan hari raya terpenting dalam tradisi Buddha, yang dirayakan di seluruh dunia oleh tiga cabang agama Buddha, Theravada, Mahayana dan Vajrayana. Tahun ini, Waisak dirayakan pada hari ini, Rabu 26 Mei 2021.
Dalam perayaan ini, umat Buddha biasanya melakukan berbagai tradisi dan rirual tertentu, yang biasanya sudah dipengaruhi oleh budaya masing-masing. Sehingga, banyak cara untuk bisa menikmati Waisak di banyak negara.
Nah, ingin tahu lebih dalam mengenai hari raya keagamaan ini? Berikut beberapa di antaranya seperti yang dilansir Multicultural Kids.
1. Kapan Waisak dirayakan?
Waisak dirayakan pada bulan purnama di bulan lunar, yang biasanya sesuai dengan bulan Mei dalam kalender Masehi. Namun, tanggal pasti di negara tertentu bergantung pada kalender mana yang digunakan (China, India, dan lainnya), serta perayaan bulan purnama setempat.
Jika ada dua bulan purnama dalam satu bulan, beberapa negara merayakannya pada bulan purnama pertama, sementara negara lain merayakannya pada bulan kedua. Di Taiwan, hari Minggu kedua di bulan Mei (Hari Ibu) diperuntukkan bagi Waisak. Jika tahun kabisat, Waisak sering dirayakan di bulan Juni.
2. Meliputi beragam tradisi
Tradisi Waisak yang khas meliputi mengunjungi kuil Buddha, membuat persembahan berupa bunga, uang, dan dupa, membaca atau belajar tentang kehidupan Buddha; menonton atau berpartisipasi dalam parade, mendengarkan ajaran Buddha oleh biksu dan lama, terlibat dalam meditasi mendalam, membuat kontribusi amal, melantunkan mantra, tarian, menghadiri pertunjukan teater atau pertunjukan boneka dan mendedikasikan kembali diri sendiri pada cara hidup Buddhis sebagaimana diuraikan dalam Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Berunsur Delapan.
3. Penuh warna
Kebiasaan yang tersebar luas melibatkan menggantung lentera berwarna cerah yang dibeli di toko atau buatan sendiri. Secara tradisional, orang menyalakan lentera dengan lilin. Namun saat ini, lampu atau alat buatan lainnya dianggap lebih aman karena biasanya lampion terbuat dari kertas.
Umat Buddha biasanya menggantung lampion ini banyak tempat, mulai dari di sekitar kota, di kuil, di seluruh rumah, dan lainnya. Di beberapa tempat, lampion juga dilepaskan ke langit atau dikirim mengambang di sepanjang sungai terdekat.
Seperti yang bisa dibayangkan, lampion atau lentera ini membawa simbolisme yang dalam, yakni pencerahan, bulan purnama, dan iluminasi yang ditawarkan oleh ajaran Buddha.
Baca Juga: Bhikku Sri Pannavaro: Peringati Waisak dengan Meditasi di Vihara Masing-masing
4. Memandikan patung Buddha
Beberapa ritual Waisak lainnya yang juga unik adalah memandikan patung bayi Buddha. Air wangi, teh, dan susu semuanya bisa digunakan. Ritual yang telah berlangsung lama dan tersebar luas ini memiliki banyak arti bagi mereka yang berpartisipasi.
Itu mungkin ungkapan syukur dan harapan untuk keberuntungan, yang mungkin berfungsi sebagai komitmen kembali pada jalan Buddhis yang mengarah pada wawasan dan pencerahan. Atau, mungkin memanjatkan doa agar semua makhluk bebas dari penderitaan.
5. Ini bukan sekedar 'pesta ulang tahun'
Waisak hampir selalu menggabungkan perayaan kelahiran Buddha, yang terjadi sekitar 500 atau 600 SM. Namun, banyak umat Buddha juga menggabungkan perayaan ini penerangan agung pencerahan Buddha dan kematian Buddha. Menurut tradisi, hal-hal itu terjadi pada hari bulan purnama yang sama, tetapi masing-masing terjadi 35 dan 80 tahun kemudian.
6. Kisah kelahiran Buddha yang luar biasa
Kisah kelahiran Buddha adalah contoh yang bagus dari kisah kelahiran yang luar biasa dan ajaib yang ditemukan dalam tradisi kepercayaan dunia. Menurut legenda, ibu Buddha, yang melakukan perjalanan ke rumah orangtuanya untuk melahirkan, berhenti di sebuah taman bernama Taman Lumbini, yang berada di dekat kerajaan Nepal.
Saat beristirahat di bawah pohon, lahirlah putranya, Pangeran Siddhartha Gautama. Bayi pangeran kemudian berdiri dan mengambil tujuh langkah ke depan. Di setiap langkah, sekuntum bunga teratai muncul di tanah. Di akhir perjalanannya yang luar biasa, bayi Buddha menyatakan bahwa hidup ini adalah yang terakhir.
7. Mengibarkan bendera
Di banyak negara, adalah hal biasa melihat bendera Buddha berkibar selama perayaan Waisak. Enam garis vertikal yang mewakili 6 aura yang berasal dari Buddha setelah pencerahannya menjadi bendera.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
Terkini
-
6 Bedak Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Samarkan Tanda Penuaan
-
5 Eye Cream untuk Mengurangi Mata Panda Akibat Begadang, Mulai Rp19 Ribuan
-
Revolusi AI di Dunia Wisata: Bukan Lagi Mesin Pencari, Tapi Jadi Asisten Pribadi
-
10 Bahan Sederhana yang Ampuh Usir Semut dari Dalam Rumah
-
4 Sunscreen Korea untuk Mencerahkan Wajah Kusam, Bisa Samarkan Flek Hitam
-
Arti lagu APT Rose BLACKPINK dan Bruno Mars, Berhasil Borong 3 Nominasi Grammy Awards 2026
-
Heboh Gus Elham Cium Anak Kecil, Ini Hukum Mencium Anak yang Bukan Muhrim Menurut Islam
-
7 Body Mist dengan Wangi Paling Tahan Lama untuk Anak Sekolah, Harga Mulai Rp20 Ribuan
-
5 Moisturizer Terbaik untuk Kulit Kering dan Mencerahkan, Bye Wajah Kusam!
-
7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum