Suara.com - Belakangan, tengah viral video review saldo di media sosial. Video yang diawali dengan kalimat, "Ganteng/Cantik, review saldonya, dong!" ini mengharuskan seseorang untuk menampilkan saldo di atm tabungannya.
Pamer saldo tabungan ini kemudian dikomentari oleh psikolog A. Kasandra Putranto, yang menyebut bahwa hal ini bisa menimbulkan dampak buruk secara psikologis bagi masyarakat, terlebih di masa pandemi sekarang ini.
"Ada orang yang dapat menerima tren tersebut dengan reaksi biasa, ada yang menjadi terbeban, ada yang menjadi iri atau bahkan tertekan," kata psikolog dari Universitas Indonesia ini, mengutip Antara.
Fenomena pamer saldo ini, menurut Kasandra, berawal dari keinginan sebagian orang yang ingin mengejar ketenaran dan keberuntungan.
"Pada dasarnya, di masa kini, semua orang berlomba-lomba mengejar fame and fortune (ketenaran dan keberuntungan). Berbagai upaya dimaksimalkan untuk menggapai cita-cita tersebut di era digital ini," katanya.
Lalu, adakah risiko di balik tantangan pamer saldo tersebut? Kasandra menyebut, risikonya bermacam-macam tergantung dari kondisi psikologis masing-masing orang. Namun yang jelas, tren itu bisa menimbulkan bagai efek bagi masyarakat, di antaranya kesehatan mental.
"Sekarang muncul fenomena adiksi medsos yang membuat seseorang terganggu fungsi kehidupannya, sehingga lalai melakukan hal-hal penting dalam hidupnya," jelas Kasandra memberikan contoh.
"Serba instan, ingin segera memperoleh apa yang diinginkan, bahkan banyak kejahatan mengintai di balik media sosial. Mulai dari kekerasan (fisik), kekerasan seksual, penipuan, perampokan, judi online, sampai ancaman pembunuhan," tuturnya.
Kasandra menegaskan bahwa beraktivitas di media sosial secara berlebihan dan bukan untuk hal-hal positif, bisa menimbulkan dampak buruk psikologis. Banyak dari sebagian masyarakat yang merasa stres akibat terlalu banyak terpapar medsos. Itulah alasan mengapa kita harus membatasi aktivitas tidak perlu di media sosial. Jika sudah sampai merasa stres, Kasandra menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan psikolog klinis atau psikiater.
Baca Juga: Viral Tren Pamer Saldo ATM di TikTok, Warganet: Baru Inget Harta Itu Cuma Titipan
"Tetapi tentu saja lebih baik mencegah daripada mengobati," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
5 Rekomendasi Tone Up Cream untuk Mencerahkan Kulit Instan, Mulai Rp20 Ribuan
-
KUIS Uji Nyali: Tebak Nama Gunung-Gunung Megah Ini
-
Aero Sport di Era Liburan Keluarga: Ketika Langit Jadi Ruang Rekreasi Baru
-
Viral! Turis India Ngamuk di McD Malaysia karena Dapat Burger Daging Sapi Bukannya Vegetarian
-
Cara Hitung Iuran BPJS Kesehatan Karyawan Swasta 2025, Pahami biar Gak Kaget dengan Potongan
-
Link Download Logo Hari Guru Nasional 2025 Resmi dari Kemendikdasmen, Lengkap dengan Tema dan Font
-
5 Sepatu Lari untuk Daily Run Pemula, Kualitas Premium Mulai Rp400 Ribuan
-
5 Rekomendasi Sunscreen di Alfamart untuk Remaja, Bisa Mencerahkan Wajah
-
7 Moisturizer Niacinamide untuk Remaja dan Dewasa, Kulit Wajah Auto Cerah!
-
7 Body Lotion yang Wanginya Tahan Lama Kayak Habis Pakai Parfum, Mulai Rp20 Ribuan