Suara.com - Bisnis kuliner jadi salah satu yang terdampak pandemi Covid-19. Belum lagi aturan pemerintah yang masih terus berubah membuat pengusaha kuliner atau pihak restoran harus bisa menyesuaikan.
Itulah kenapa pengusaha kuliner perlu cepat beradaptasi mengimbangi perubahan aturan yang ditetapkan agar bisnis kuliner bisa tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Berikut ini beberapa tips bisnis kuliner saat pandemi yang bisa dilakukan pengusaha kuliner, mengutip siaran pers, OttoPoint, Selasa (5/10/2021).
1. Maksimal gunakan media sosial dan platform
Peningkatan tren pemesanan online, mau tidak mau memengaruhi penyesuaian strategi penjualan dan promosi yang berbeda dari beberapa tahun silam.
Pertama, bisa secara perlahan mengembangkan frozen food. Biayanya lebih efisien, makanan lebih tahan lama, selain itu dapat dijual lebih luas melalui e-commerce seperti Tokopedia.
Kedua, para pelaku bisnis sebaiknya mulai secara kreatif membuat konten promosi melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook dan lainnya.
Pada riset yang dirangkum oleh We Are Social, dari 274,9 juta penduduk di Indonesia, sekitar 170 juta orang adalah pengguna aktif media sosial.
2. Cari strategi pemasaran yang efektif
Baca Juga: Pekan Depan, Sekolah di Bintan Mulai Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Pandemi bisa menjadi waktu yang cocok untuk memikirkan kembali strategi marketing yang efektif dan berkelanjutan. Salah satu program yang patut untuk dipertimbangkan adalah stamp digital.
Stamp digital adalah konsep pengumpulan poin yang didapatkan pelanggan untuk transaksi dan riwayat pembelanjaan yang sudah dilakukan.
“Stamp digital bisanya dibuat untuk memberikan pengalaman transaksi yang lebih berkesan bagi pelanggan. Jadi, mereka akan termotivasi datang kembali untuk bertransaksi dan mengumpulkan stamp digital, demi mendapatkan reward yang mereka sukai,” ujar James Hamdani, CEO OttoPoint.
Ia menambahkan bahwa pelaku bisnis bisa mendapatkan keuntungan berupa implementasi program marketing yang fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain itu, hal terpenting yaitu pelaku bisnis juga bisa mengumpulkan database pelanggan yang nantinya berguna untuk mengenal perilaku transaksi maupun preferensi mereka terhadap produk tertentu.
3. Pakai data agar pemasaran lebih fokus
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
-
7 Parfum Pria Aroma Vanilla yang Unik dan Berkarakter, Wangi Semerbak Meninggalkan Jejak
-
5 Lipstik Ombre yang Bagus untuk Bibir Hitam agar Cerah dan Segar
-
Puasa Ramadan 2026 Masih Berapa Hari Lagi? Simak Jadwalnya di Kalender Hijiriah
-
7 Sunscreen yang Aman untuk Anak TK hingga SD Mulai Rp25 Ribu, Biar Nggak Kena Sunburn pas ke Pantai
-
Beda Karier Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi, Berebut Jadi Raja Solo PB XIV
-
5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
-
Solusi Beras Berkelanjutan dari Panggung ISRF 2025: Inovasi, Investasi hingga Insentif
-
5 Promo Sneakers di Foot Locker, Sepatu Nike Cuma Rp400 Ribuan
-
5 Cara Agar Skincare Terserap Maksimal dan Kulit Tetap Lembap