Suara.com - Setiap anak, di mana pun mereka tinggal, memiliki hak untuk menjalani hidup sebaik mungkin, dengan pola asuh menyenangkan sejak awal usia mereka. Karena hal ini akan sangat mendukung perkembangan otak dan potensi masa depan mereka.
Untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya tahun-tahun awal pengasuhan anak dan memberi mereka awal terbaik dalam hidup, Minderoo Foundation mengkadirkan program global yang disebut Thrive by Five Internasional.
Co-Founder dan Co-Chair Minderoo Foundation Nicola Forrest menjelaskan, program Thrive by Five Internasional, yang juga akan diluncurkan di 30 negara, dirancang untuk menyebarkan konten positif terkait pola asuh kepada orangtua dan pengasuh melalui berbagai saluran, baik digital maupun non-digital.
"Semua ini dibuat dalam bahasa mereka sendiri dan dirancang secara individual untuk menyesuaikan bahasa negara tersebut, budaya, dan isyarat sosial," jelas Nicola pada peluncuran program tersebut beberapa waktu lalu.
Salah satu yang paling menarik dari program ini adalah diluncurkannya aplikasi Thrive by Five (yang dikenal sebagai Cilukbalita di Indonesia) untuk orangtua dan pengasuh dari anak-anak berusia 0-5 tahun, dalam bahasa lokal dan dengan konten yang disesuaikan.
Konten Thrive by Five yang disebarluaskan melalui saluran online dan offline ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dan menjangkau keluarga dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah.
"Tujuan utama dari program ini adalah untuk menginspirasi orangtua dan pengasuh untuk lebih banyak melakukan interaksi yang berkualitas dengan anak-anak, yang dengan demikian diharapkan dapat mengubah perilaku mereka dengan lebih positif," jelasnya.
Terlebih, ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa momen-momen kecil dari koneksi dan interaksi, serta frekuensi pengulangan, dapat membuat perbedaan yang signifikan bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Dr Andrew Forrest AO, Ketua dan Pendiri Yayasan Minderoo, mengatakan bahwa Yayasan sedang mencari cara untuk mencapai perubahan paradigma global bagi anak-anak di seluruh dunia.
Baca Juga: Baik untuk Kepribadian Anak, Orang Tua Perlu Beri Sentuhan Fisik Setiap Hari
Untuk itu, program Thrive by Five akan selalu menginformasikan dan memberdayakan orangtua dan pengasuh untuk membantu anak-anak mereka mencapai potensi terbesar mereka, termasuk pada negara-negara yang dilanda perang seperti Afghanistan, hingga komunitas paling terpencil di Kenya.
Untuk memastikan aksesibilitas maksimum, konten tersedia di perangkat berteknologi rendah, perangkat yang sudah tua, dan melalui berbagai saluran termasuk SMS, radio, televisi, dan media cetak dan digital.
“Fokus khusus kami adalah pada komunitas di mana kesadaran akan pentingnya perkembangan anak usia dini, atau di mana akses ke informasi ini terbatas, dan memberikan mereka informasi yang mudah diakses yang dan sudah disesuaikan dengan mereka," ujar Andrew.
Konten Thrive by Five, kata dia, juga didasarkan pada penelitian antropologis dan neurosciencetific yang dibuat khusus di setiap negara.
Minderoo Foundation, bekerja sama dengan Brain and Mind Center, University of Sydney dan BBE, membuat konten Thrive by Five didasarkan pada analisis antropologis mendalam tentang pengasuhan dan norma masyarakat, peran gender dan peran pengasuhan, sebagai serta faktor agama, budaya dan lingkungan masing-masing negara target.
Itu semua dikawinkan dengan landasan iIlmiah seputar otak sosial dan kognitif, kesehatan fisik, komunikasi/bahasa serta identitas dan budaya. Hasilnya adalah kumpulan tips tindakan yang relevan dengan konteks nasional dan budaya masing-masing negara.
Profesor lan Hickie dari Brain and Mind Center, University of Sydney mengatakan program ini adalah yang pertama di dunia, karena secara unik menggabungkan wawasan baru dari ilmu perkembangan otak di usia dini dengan penerapan pengetahuan budaya khusus setempat.
"Itu tantangan nyata tetapi juga keindahan proyek. Kita bisa membawa ilmu saraf dan praktik anak untuk bersama menciptakan lingkungan yang akan membantu setiap anak mencapai tujuan mereka secara kognitif dan juga emosional," tutup Profesor Ian.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Makna Nama Alif Dalam Bahasa Arab, Panggilan Ruben Onsu di Tanah Suci yang Bikin Haru
-
7 Rekomendasi Skincare Aman untuk Anak 10 Tahun, Bikin Kulit Sehat dan Terawat
-
Ameena Pindah ke Sekolah Elite? Biaya SPP-nya Bisa Tembus Belasan Juta Rupiah
-
Seberapa Kaya Rahayu Saraswati? Keponakan Prabowo Resmi Mundur dari DPR
-
Mengenal Apa Itu Mental Pengemis, Disebut Yudo Anak Menkeu sebagai Ciri Orang Miskin
-
Art Jakarta 2025 Siap Berpameran di JIExpo Awal Oktober 2025
-
5 Aroma Parfum Pria Tahan Lama yang Cocok untuk Pekerja Lapangan
-
Viral di Medsos, Edit Foto Jadi Gantungan Kunci Pakai Aplikasi Apa?
-
5 Rekomendasi Hand Body Lotion Marina: Wangi, Murah, dan Bikin Kulit Cerah
-
Sepatu Lari vs Sepatu Jalan: Kualitas Mempengaruhi Kinerja?