Suara.com - Saat orgasme, laki-laki pasti akan mengeluarkan cairan berwarna putih yang disebut juga sperma. Hal itu sebenarnya dialami juga oleh perempuan, hanya saja bentuk cairannya agak berbeda.
Sejumlah orang mungkin mengira kalau cairan yang keluar dari vagina, saat perempuan orgasme, itu seperti air pipis atau bahkan keputihan. Tetapi sebenarnya sangat berbeda.
Keputihan menjadi istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan cairan apa pun yang keluar dari vagina yang sebenarnya cairan serviks. Cairan serviks tersebut dibuat oleh serviks, mengalir melalui saluran vagina dan keluar melalui vagina.
Normalnya, vagina memang selalu dalam keadaan lembab. Saat sedang berhubungan seksual, cairan tersebut bisa jadi lebih banyak.
Beberapa orang mengalami peningkatan gairah seksual yang menyebabkan kontraksi alat kelamin saat orgasme dan menyebabkan keluarnya cairan dari vagina. Kondisi itu kerap disebut juga sebagai ejakulasi wanita.
Cairan bening itu dikeluarkan dari kelenjar yang dekat dengan uretra, disebut juga sebagai kelenjar Skene.
Dikutip dari Flo Health, cairan gairah itu akan keluar dari vagina saat tubuh merasakan hasrat atau ketertarikan seksual. Selama proses ini, terjadi peningkatan aliran darah ke alat kelamin, termasuk dinding vagina, yang menyebabkan cairan melewatinya.
Itu yang membuat jaringan basah dan memberikan pelumasan, disebut juga sebagai tahap pertama gairah.
Tahap kedua dari gairah seksual menimbulkan aliran darah ke alat kelamin mencapai puncaknya dan sepertiga bagian bawah vagina membesar menjadi kencang. Wilayah itu disebut sebagai platform introitus atau orgasmik.
Baca Juga: Ada Enggak Sih Bentuk Miss V yang Sempurna? Ternyata Begini 7 Tampilannya
Pada tahap ini, produksi cairan gairah meningkat, klitoris mendorong kembali ke arah tulang panggul, dan tubuh bersiap untuk orgasme. Pada titik itu, rangsangan terus-menerus diperlukan untuk mencapai orgasme.
Orgasme sendiri merupakan pelepasan intens peningkatan seksual dari tahap sebelumnya. Bagian gairah seksual yang menyenangkan ini melengkapi siklus dengan kontraksi ritmis otot-otot genital dan peningkatan pelepasan gairah. Ini disebut sebagai fase klimaks.
Alat kelamin wanita tidak memerlukan fase pemulihan, jadi dengan rangsangan yang terus menerus, perempuan bisa mencapai orgasme berkali-kali.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Gold Standard, Predikat Bergengsi yang Jadi Tolak Ukur Sehatnya Perusahaan
-
Mal Ini Berubah Jadi Bikini Bottom, Bisa Bertemu Spongebob dan Patrick di Momen Liburan Akhir Tahun
-
Dany Amrul Ichdan Ajak Civitas Akademika Wujudkan Indonesia Naik Kelas Sebagai Gerakan Moral Bangsa
-
Liburan Akhir Tahun di Jakarta? Kejutan Seru Ini Bikin Kita Lupa Harus Keluar Kota!
-
7 Rekomendasi Sepatu Futsal Cewek Terbaik, Kualitas Juara Bikin Anti Cedera
-
45 Ucapan Selamat Natal untuk Teman dan Sahabat, Hangat dan Menyentuh Hati
-
Perempuan Usai Career Break: Ingin Kembali Bekerja, Tapi Peluangnya Masih Terbatas
-
3 Zodiak Ini Paling Beruntung dan Penuh Cinta pada 12 Desember 2025
-
Rekomendasi Bedak dengan Kandungan Centella Asiatica, Makeup Flawless Tanpa Takut Jerawat Meradang
-
4 Tinted Sunscreen untuk Wajah Flawless dan Tetap Terlindungi