Suara.com - Tidak hanya orang dewasa, Anak-anak juga bisa mengalami depresi. Tak jarang juga orang dewasa yang pernah mengalami depresi di masa kecilnya. Lalu, apa penyebab depresi pada anak?
Dilansir dari Healthline, depresi masa kecil disebut berbeda dari anak murung yang terkadang tampak sedih atau kesal. Anak-anak, seperti orang dewasa, memiliki saat-saat ketika mereka merasa sedih. Fluktuasi emosional adalah normal. Lantas, apa saja yang bisa menjadi penyebab depresi pada anak?
Jangan abaikan gejala depresi pada masa kanak-kanak karena ini bisa menjadi masalah mental yang serius.
Seperti apa depresi pada anak?
Anak-anak dengan depresi sering mengalami banyak gejala yang sama seperti remaja dan orang dewasa. Namun, anak-anak mungkin mengalami kesulitan mengekspresikan diri dan perasaan. Ini karena kosakata emosional mereka yang terbatas. Tanda-tanda anak-anak dengan depresi umumnya sebagai berikut.
- Lekas marah
- Perubahan perilaku dan temperamen
- Nafsu makan meningkat atau menurun secara drastis
- Peningkatan atau penurunan tidur
- Ledakan emosional atau vokal
- Sering menunjukkan penyakit fisik, seperti sakit kepala atau sakit perut
- Konsentrasi berkurang
- Penurunan kinerja di sekolah
- Mengekspresikan pemikiran negatif
- Sering membicarakan tentang kematian.
Apa yang menyebabkan depresi pada masa kanak-kanak?
Hal-hal yang bisa menyebabkan seorang anak depresi kemungkinan besar merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Berikut faktor-faktor risiko yang dapat menjadi penyebab depresi pada anak.
1. Kesehatan fisik
Anak-anak dengan kondisi kesehatan fisik yang buruk bisa mengalami depresi karena ia akan merasa putus asa tak bisa bergaul dengan teman sebaya secara bebas. Keterbatasan ini menyebabkan stres, sampai akhirnya dalam beberapa kasus, berkembang menjadi depresi.
Baca Juga: 5 Stimulasi Tepat Agar Anak Terhindar dari Speech Delay, Orang Tua Wajib Tahu
2. Peristiwa yang membuat stres
Perubahan di rumah, sekolah, atau interaksi bersama teman dapat meningkatkan risiko anak untuk gejala depresi.
3. Lingkungan
Kehidupan rumah tangga yang kacau atau penuh tekanan dapat menempatkan anak pada risiko yang lebih besar untuk gangguan jiwa seperti depresi.
4. Sejarah keluarga
Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat masalah kesehatan mental lebih mungkin mengembangkan depresi pada usia muda.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Dari Hobi Jadi Profesi: Cara Wonder Voice of Indonesia Cetak Talenta Voice Over Profesional
-
Catat, Ini 7 Titik Tubuh yang Perlu Disemprot Parfum agar Wangi Seharian
-
Specs Coanda vs Ortuseight Hyperblast 2.0, Duel Sepatu Lari Lokal Rekomendasi Dokter Tirta
-
Kalender Jawa 28 Oktober 2025 Selasa Pon: Mengungkap Sifat dan Peruntungan Weton Lainnya
-
5 Cushion Minim Oksidasi dan Cocok untuk Kulit Berminyak, Bye-Bye Wajah Kusam!
-
Bikin Negara Minta Maaf, Siapa MC Radio Televisyen Malaysia yang Salah sebut Prabowo jadi Jokowi?
-
Pendidikan Humaniora Digital: Menjaga Keseimbangan Teknologi dan Nilai Kemanusiaan di Era Modern
-
7 Matcha Powder Terbaik untuk Bikin Latte di Rumah: Rasa Lezat, Lebih Hemat
-
Terinspirasi dari Ruang Ganti Atlet Tenis, Lacoste Ubah Runway Jadi Panggung Atletik yang Elegan
-
Biodata dan Agama Rinaldi Nurpratama, Kakak Raisa Punya Karier Mentereng