Suara.com - Heboh anggota Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres), Praka Riswandi Manik (RM) diduga menculik, menganiaya dan membunuh pemuda asal Aceh. Pertanyaanya, kenapa ya orang yang bersikap brutal?
Pemuda Aceh itu bernama Imam Masykur berusia 25 tahun, asal Desa Mon Kelayu, Kecamatan Gandapura, Bireuen, Aceh. Ia meninggal setelah diculik dan disiksa diduga oleh anggota Praka PM itu di daerah Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.
Menurut pihak keluarga, Said Sulaiman, korban sempat meminta uang tebusan Rp 50 juta agar dirinya tidak disiksa dan dibunuh pada 12 Agustus 2023. Sampai akhirnya 24 Agustus 2023 korban ditemukan dalam keadaan tewas.
Padahal sebelumnya, pihak keluarga sudah melaporkan kejadian ini ke polisi pada 14 Agustus 2023, setelah korban tidak bisa dihubungi dan tidak pulang ke rumah. Apalagi pihak keluarga sebelumnya dikirimi video penyiksaan korban kepada pelaku.
Meski belum diketahui pasti, fakta sesungguhnya di balik peristiwa ini. Namun peristiwa ini membuat publik heran karena tidak menyangka aparat bisa berbuat kejam, padahal seharusnya bisa mengayomi masyarakat.
Melansir Verywell Mind, Selasa (29/8/2023) kebrutalan aparat mengacu pada penggunaan kekuatan berlebihan oleh petugas terhadap korban atau untuk mengendalikan situasi. Sikap ini bisa disebabkan berbagai faktor salah satunya sudut pandang psikologis.
Berikut ini beberapa penyebab sikap brutal aparat yang perlu dipertimbangkan:
1. Masalah Kesehatan Mental
Sebuah studi pada tahun 2019 menemukan bahwa petugas yang melaporkan dirinya terlibat dalam praktik polisi yang kejam cenderung memiliki tingkat gejala PTSD (gangguan stres pasca trauma) yang lebih tinggi. Masalah ini bisa membuat aparat bereaksi berlebihan menggunakan kekuatan mematikan yang tidak diperlukan.
Baca Juga: Fakta Tewasnya Imam Masykur: Dianiaya Habis-habisan Oknum Paspampres hingga Dibuang di Kali
2. Pengaruh Organisasi
Lembaga atau organisasi tempat aparat bernaung kerap menetapkan batasan penggunaan kekerasan. Hasilnya petugas malah menggunakan tolok ukurnya sendiri yang terlalu kabur dan tidak jelas. Hasilnya petugas yang menggunakan kekerasan cenderung lebih meningkat.
3. Sudah Jadi Kebiasaan
Jika aparat yang melakukan kekerasan tidak ditegur atau tidak dihukum tegas, hasilnya banyak aparat menyimpulkan sikap brutal itu biasa, dan sudah jadi bagian dari tugas yang mereka jalankan. Tapi mirisnya, jika warga sipil melakukan kekerasan terhadap orang lain, dengan tingkatan dan situasi yang sama, hal itu akan dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
5 Parfum Aroma Teh yang Bikin Hati Adem: Serasa Meditasi Seharian
-
Apa Perbedaan Doa Iftitah Shalat Fardu dan Shalat Sunah? Ini Jawabannya
-
7 Cara Agar Rumah Bebas Nyamuk: Tips Praktis yang Ampuh dan Alami
-
6 Cara Agar Rumah Bebas Tikus: Tips Ampuh dan Mudah Dilakukan
-
5 Rekomendasi Sunscreen Terbaik untuk Kulit Kusam, Harga Terjangkau dari Rp19 Ribuan
-
Jejak Kontroversi Abdul Kadir Karding: Viral Main Domino, Kini Kena Reshuffle
-
Latar Belakang Pendidikan Purbaya Yudhi Sadewa: Bergelar Doktor Ilmu Ekonomi, Gantikan Sri Mulyani
-
Deretan Bisnis Ashanty, Kini Toko Kue Lu'miere Bangkit Lagi
-
Gurita Bisnis Narji Cagur dan Istri, Hidup Makmur Jadi Juragan Sawah
-
Dari Santri Jadi Menteri: Rekam Jejak Mochamad Irfan Yusuf, Menteri Haji dan Umrah Pertama RI