Suara.com - Belakangan ini kembali heboh mengenai studi yang mengatakan kalau pria lanjut usia di Korea Selatan menyumbang lebih dari 85 persen kasus kematian.
Menurut Undang-undang tentang Pencegahan dan Penanganan Kematian Kesepian mendefinisikan kondisi ini di mana seseorang meninggal sendirian setelah tidak lagi berhubungna dengan teman atau keluarga, setidaknya jenazahnya tidak ditemukan selama tiga hari.
Melansir The Korea Herald, menurut studi mengenai karakteristik kematian karena kesepian di Korea Selatan dari 128 sampel kematian di antara tahun 2017 hingga 2021, 108 di antaranya adalah laki-laki dan 20 perempuan.
Hal itu pun didasari dari peneltian data otopsi forensik yang diperiksa Na Joo-young seorang profesor kedokteran forensik dari Universitas Nasional Pusan.
Data tersebut diambil dari 664 otopsi forensik pada periode 2017-2021 ketika Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan melakukan studi resmi pertamanya terkait mati kesepian.
Berdasarkan usia, individu berusia 50-an tahun menyumbang 51 kasus atau 40 persen, mereka yang berusia 60-an menyumbang 30 kasus, dan mereka yang berusia 40-an menyumbang 28 kasus. Untuk individu berusia 20-an dan 30-an merupakan kelompok terkecil dengan total delapan kasus.
Dalam laporan itu juga mengungkap bahwa dalam struktur keluarga tradisional, seperti tingginya perceraian keterasingan, berhubungan dengan peningkatan risiko mati kesepian. Separuh dari mereka yang meninggal dan tidak diketahui identitasnya adalah orang yang sudah bercerai atau berpisah dari pasangannya.
Fenomena Godoksa
Dalam bahasa Korea, 'godoksa' adalah fenomena meninggalnya seseorang karena kesepian atau kematian sepi.
Baca Juga: Red Sparks Gilas IBK Altos, Megawati Hangestri Cetak Poin Tertinggi!
Fenomena ini mengacu pada orang-orang yang hidup sendiri dan meninggal di rumah dengan kematian mereka tanpa diketahui.
Penemuan mayat mereka bisa dalam waktu berminggu-minggu bahkan hingga berbulan-bulan, karena mereka terisolasi dari anggota keluarga dan teman.
Hal itu mengakibatkan, orang yang meninggal secara 'godoksa' biasanya ditemukan dalam keadaan sudah membusuk.
Pemerintah Korea Selatan menyampaikan, fenomena ini tengah dilawan oleh pihaknya selama bertahun-tahun karena membuat populasi negara itu menua dengan cepat.
Faktor penyebab fenomena godoksa
Melansir dari CNN, masalah godoksa mendapat perhatian nasional selama dekade terakhir karena jumlah kematian akibat kesepian meningkat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
TMII Sambut Nataru dengan Konser Slank dan Ragam Aktivitas Budaya
-
5 Parfum Lokal Terbaik Wanita Usia 50 Tahun Wangi Elegan, Kado Spesial Hari Ibu
-
Festival Pop Culture jadi Ruang Ekspresi: Nonton Musik, Seni, dan Tari Cukup Satu Tiket
-
Petani Kediri Mulai Pakai Drone, Siap-Siap Menuju Pertanian Berkelanjutan
-
30 Contoh Ucapan Hari Ibu yang Menyentuh Hati: Bisa Dikirim ke Bunda atau Istri
-
6 Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 20 Desember 2025, Rezeki dan Mood Sama-Sama Naik
-
Bank Libur Natal Tanggal Berapa di Desember 2025?
-
5 Pilihan Model Sepatu Kanky yang Nyaman untuk Jalan Santai, Lari, dan Gaya Sehari-hari
-
4 Bedak Terbaik untuk Usia 40-an Hapus Kerutan dan Garis Halus, Cocok Jadi Kado Hari Ibu
-
Urutan Eksfoliasi Malam Hari untuk Atasi Garis Halus dan Tekstur Kasar