Suara.com - Hasil audit sampah 2023 yang dirilis Sungai Watch baru-baru ini dinggap tidak bisa merepresentasikan dari kondisi di Indonesia. Mengapa demikian?
Pasalnya, Sungai Watch pada penelitiannya tersebut hanya melakukan audit sampahnya di sungai-sungai yang ada di sebagian wilayah di Bali dan Banyuwangi saja.
Muhammad Kholid Basyaiban, Koordinator Program Sensus Sampah Plastik Indonesia dari Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) mengatakan audit sampah yang hanya dilakukan di dua wilayah saja tidak bisa merepresentasikan kondisi yang ada di Indonesia. Menurutnya, untuk bisa merepresentasikan Indonesia itu, penelitiannya harus dilakukan minimal di 51% dari 38 provinsi yang ada di Indonesia.
"Minimal penelitiannya harus dilakukan di 51 persen dari jumlah povinsi yang ada di Indonesia," ujarnya dalam keterangannya baru-baru ini.
Hal senada juga disampaikan Peneliti dari Ecoton, Alex Rahmatullah, yang juga pernah melakukan audit sampah di daerah Banyuwangi. Menurutnya, penelitian yang hanya dilakukan di dua wilayah saja, apalagi hanya sebagian wilayahnya, itu tidak bisa disebutkan menjadi representasi dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
"Belum bisa. Untuk merepresentasikan kondisi wilayah di Indonesia, minimal per masing-masing provinsi dilakukan audit," ungkapnya.
Sungai Watch dalam rilisnya baru-baru ini menyampaikan “10 Perusahaan Penyebab Pulutan Indonesia” dalam akun Instagramnya @sungaiwatch. Di antaranya disebutkan ada Danone, Wings Surya, Indofood, Ultra Jaya Milk, Orang Tua Group, Unilever, Mayora Indah, Nestle, Coca-Cola, dan Sinar Sosro.
Sungai Watch mengatakan bahwa mereka telah melakukan audit sampah dari 537.189 item sampah plastik dari sungai-sungai di Indonesia sepanjang 2013 yang mengidentifikasi 10 perusahaan sebagai polutan terbesar di Indonesia.
Padahal dalam sebuah laporan berjudul 'Sungai Watch Impact Report 2023', disebutkan bahwa Sungai Watch hanya melakukan penelitiannya di sungai-sungai yang ada di Bali Utara dan sebagian daerah Banyuwangi saja. Di antaranya di Buleleng, Gianyar, Tabanan, Badung, Denpasar, Rogojampi dan Bangorejo. Sementara, Provinsi Bali terdiri dari 8 kabupaten, 1 kotamadya, 57 kecamatan, 80 kelurahan, dan 636 desa. Sedang Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 kecamatan, 28 kelurahan, dan 189 desa.
Ecoton juga pernah melakukan brand audit sampah di sungai Kalibaru Banyuwangi pada akhir 2022 lalu. Dari data ditemukan 5 Top Polluter di sekitar site pengamatan. Polluters pertama yaitu Wings yang ditemukan 77 buah dari total 146 sampah (53%), dilanjutkan oleh Unilever yang ditemukan 29 buah dari total 146 sampah (20%), dan dilanjutkan oleh Santos Jaya Abadi sebanyak 19 buah dari 146 sampah (53%) , PT Kobe sebanyak 10 buah dari 146 sampah, dan CV Sumber Sari Pangan, 10 buah dari 146 sampah plastik.
Hasil penelitian atau sensus sampah plastik juga pernah dilakukan Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) pada tahun 2023 lalu. Penelitian ini dilakukan hampir dua tahun, mulai dari Maret 2022 hingga November 2023.
Dalam penelitian yang dilakukan, BRUIN dan tim satu menyusuri serta melakukan audit sampah di 64 titik lokasi di 30 kabupaten kota di 13 provinsi di Indonesia. Sensus Sampah Plastik ini adalah audit sampah plastik di perairan yang pertama kali dilakukan di jumlah titik terbanyak di Indonesia, yakni di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat. Pemilihan wilayah tersebut dilakukan dengan menggunakan proporsi sampling. Di mana, penentuan lokasinya dilihat dari lingkungan yang dijadikan fokus untuk penelitian.
Bali belum dimasukkan dalam penelitian karena dianggap merupakan provinsi dengan pengelolaan sampah yang baik. Selain itu, Bali juga punya Pergub terkait pembatasan plastik sekali pakai.
Dari 25.733 sampah plastik yang berhasil dikumpulkan, kemasan plastik sachet mendominasi dan itu mengidentifikasi produsen pencemar terbesar. Plastik yang diproduksi oleh Mayora menempati 5 besar sebagai perusahaan pencemar sampah plastik di Indonesia. Empat lainnya adalah sampah plastik berlabel dari produsen Wings Food, Unilever, dan Indofood. Selanjutnya ada PT Santos Jaya Abadi, Unicharm, P&G, Garuda Food, dan Ajinomoto.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Di Balik Kontroversi Ijazah Gibran Rakabuming Raka, Ini Profil Kampus MDIS Singapura
-
Gak Pake Mahal! 5 Rekomendasi Bedak Gatal Anti Jamur Mengandung Salicylic Acid
-
5 Urutan Skincare Malam dari Wardah untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Mulai Rp40 Ribuan
-
5 Fakta Menarik M Qodari, Penggagas Jokowi 3 Periode Kini Jadi Kepala Staf Kepresidenan Prabowo
-
7 Rekomendasi Skincare Pria Alfamart yang Efektif Mengatasi Wajah Kusam
-
Adu Kekayaan Hendrar Prihadi dan Sarah Sadiqa: Mantan vs Kepala LKPP Baru
-
Ajang Manhattan Photo Competition 2025 Umumkan Para Fotografer Terbaik
-
Profil Khaby Lame: Dari Pekerja Pabrik ke Bintang TikTok Dunia
-
Sering Dibilang Redflag, Ini 5 Sifat Unik Gemini yang Bikin Penasaran
-
Wonderful Indonesia 2025: Branding Global, Investasi Lokal, dan Wisata Berkelanjutan