Suara.com - Artis Rio Reifan kembali ditangkap Satresnarkoba Polres Metro Jakarta Barat pada Jumat (26/4/2024) terkait kasus Narkoba. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Rio Reifan dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis sabu.
"Hasil tes urine, positif," tutur Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes M. Syahduddi, Minggu (28/4/2024).
Ditangkapnya Rio Reifan untuk kelima kalinya ini lantas mencuri perhatian. Pasalnya, ia sudah pernah ditangkap karena kasus serupa pada 2015, 2017, 2019 dan 2021. Kembali ditangkapnya Rio Reifan ini membuat pernyataannya pada 2018 kembali disorot.
Dalam pernyataannya, Rio Reifan mengaku tidak bisa berjanji untuk berhenti menggunakan narkoba. Hal ini karena pada masa itu ia kembali menggunakan barang terlarang tersebut meskipun sudah mendapat hukuman. Namun, apa yang menjadi penyebab pengguna narkoba sulit lepas?
Menjelaskan akan hal ini, Psikiater Adiksi BNN, Dr. Iman Firmansyah, SpKJ.,SH.,MH. mengatakan, ketergantungan ini terjadi karena adanya rasa senang yang dirasakan di otak. Hal ini akan memberikan rasa senang dan bahagia yang terus tersimpan di dalam otak.
“Jadi yang perlu dilihat dari kenapa bisa jadi candu karena ada faktor di otak yang namanya ventral tegmental area. Jadi itu ada pusat rasa senang, ada pusat rasa bahagia itulah yang terkena. Pada saat kita merasakan nikmatnya Narkoba itu kita akan termemori, akan disimpan di otak kita rasa nikmatnya Itu yang membuat kita ingin melakukan lagi,” jelas Dr. Iman saat dihubungi Suara.com, Senin (29/4/2024).
Dr. Iman mengumpamakan narkoba dengan makanan yang nikmat. Ketika rasa makanan tersebut nikmat, maka orang akan ingin mencobanya lagi. Padahal, mungkin orang tersebut sudah tahu kalau makanan itu berdampak buruk. Namun, ia akan tetap mengonsumsi makanan tersebut.
Selain itu, narkoba juga memberikan rasa nagih yang luar biasa. Hal ini yang membuat seseorang sulit untuk melepasnya. Mereka yang kecanduan narkoba juga terkadang mengalami dampak fisik seperti menggigil atau rasa sakit luar biasa. Hal ini membuatnya ingin menggunakan narkoba itu secara berulang.
“Saat penggunaan narkoba apabila narkobanya belum didapatkan belum digunakan lagi, dia sudah menyerang ke fisik. Banyak kan orang yang menggunakan narkoba itu terserang fisiknya merasa menggigil badannya, merasa gemetar badannya, merasa berdebar-debar,” katanya.
Baca Juga: Rio Reifan Resmi Jadi Tersangka Kasus Narkotika
Bukan hanya masalah fisik, mental para pengguna narkoba juga bisa terserang karena kecanduan. Mereka yang kecanduan akan membuat orang-orang di sekitarnya menjauh, bahkan lelah hingga depresi mengurusnya.
Hal ini bisa membuat adanya masalah dalam keluarganya yang justru memperparah kondisi pecandu itu sendiri. Hal ini karena mereka tidak memiliki pegangan yang akhirnya membuatnya kembali menggunakan narkoba.
“Pengguna narkoba sulit diatur, dinasihati. Lalu keluarga juga akhirnya bisa mengalami depresi,. Makanya kenapa banyak keluarga yang akhirnya sudah tidak peduli lagi apabila orang tersebut pakai narkoba. Nah ini makin memperparah pecandu itu karena dia sudah tidak ada lagi ada pegangan yang menasihati,” sambung Dr. Iman.
Oleh sebab itu, para pecandu itu sangat perlu dukungan dari orang terdekat. Komunikasi antara pecandu tersebut dengan orang terdekat dan lingkungannya harus baik. Dr. Iman menuturkan, jika lingkungan keluarganya kurang baik, ia bisa akan kembali ke pertemanannya yang buruk dan membuka pintu narkoba itu lagi.
“Nah kadang-kadang yang ada Itu adalah saling menyalahkan orang tua menyalahkan anak. Lalu anak juga menyalahkan orang tua. Akhirnya komunikasi tidak berjalan baik Faktor-faktor itulah yang membuat orang itu akhirnya merasa dimusuhi. Jadinya dia lebih suka bermain dengan teman-temannya. Apabila teman-temannya baik, bagus sekali, tapi kalau teman-temannya Tidak baik, dia akan terjerumus lagi,” ungkap Dr. Iman.
Dengan demikian, faktor mengapa seseorang bisa menggunakan narkoba lagi cukup luas. Hal ini bergantung dari alasan mengapa ia kembali menggunakan barang terlarang itu. Bisa karena faktor candu kuat dari narkobanya. Namun, bisa juga terjadi karena faktor-faktor luar seperti keluarga maupun lingkungan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
5 Sepatu dengan Desain Klasik dan Timeless, Nyaman Maksimal untuk Jalan Kaki
-
5 Bentuk Kacamata yang Cocok untuk Wajah Bulat, Bikin Lebih Tirus dan Tegas
-
Cuma Rp25 Ribuan, 7 Pilihan Lipstik Purbasari untuk Usia 40 Tahun dengan Kulit Sawo Matang
-
Pure Paw Paw untuk Apa Saja? Lebih dari Sekadar Pelembap Bibir, Ini 7 Manfaat Ajaibnya
-
6 Produk Anti Aging Sariayu agar Kulit Kencang dan Cerah, Cocok untuk 40 Tahun ke Atas
-
Urutan 12 Zodiak Paling Rawan Selingkuh, Siapa yang Hobi Permainkan Hati?
-
Apakah Tinted Sunscreen Bisa Memudarkan Flek Hitam? Cek 5 Pilihan yang Murah dan Bagus
-
Sosok Zohran Mamdani, Wali Kota Termuda dan Muslim Pertama dalam Sejarah New York
-
5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
-
Profil dan Pendidikan Gusti Purbaya, Kukuhkan Diri sebagai Raja Baru Keraton Solo di Usia 22 Tahun