Istilah "doom spending" belakangan ini menjadi topik yang ramai jadi perbincangan di media sosial, terutama oleh para generasi Milenial dan Z. Sebenarnya apa makna dari fenomena ini? Benarkah doom spending disebut-sebut sebabkan gen Z dan milenial jadi miskin?
Istilah ini dianggap sebagai cara baru yang dilakukan oleh orang-orang untuk meredakan stres akibat berbagai masalah, mulai dari masalah ekonomi, pendidikan, hingga politik. Bagaimana caranya?
Orang-orang yang merasa stres atau cemas akibat berbagai masalah di atas, akan memanjakan diri lewat aktivitas berbelanja secara banyak dengan harapan agar mereka bisa mengatasi tekanan dan ketidakpastian.
Makna Fenomena Doom Spending
Setelah ditelusuri dari berbagai sumber, doom spending sendiri dapat diartikan sebagai perilaku ketika seseorang merasa cemas, stres, atau pesimis mengenai masa depan dan akhirnya mengeluarkan banyak uang secara berlebihan sebagai respons terhadap tekanan hidup yang mereka rasakan.
Aktivitas mengeluarkan banyak uang sebagai terapi stres ini dianggap mampu mengalihkan perhatian mereka terhadap masalah dan bisa meredakan stres. Kegiatan berbelanja memang bisa memberikan perasaan gembira dan lega, tetapi ingatlah bahwa perasaan ini hanya bersifat sementara.
Doom spending tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat stres, tetapi juga perasaan takut tertinggal atau FOMO yang sering muncul di media sosial. Banyak orang mengikuti jejak para influencer yang menghabiskan uang untuk tren terbaru agar bisa merasa lebih bebas dan tidak dianggap ketinggalan tren.
Namun, sayangnya doom spending ini akan berdampak buruk jika dilakukan terus-menerus. Kebiasaan ini bisa berimbas pada kondisi keuangan kita di masa depan. Menghamburkan uang untuk hal-hal yang bukan prioritas dengan dalih untuk meredakan stres tidak bisa dijadikan kebiasaan.
Para generasi muda atau yang biasa dipanggil dengan sebutan gen Z kerap menjadi pelaku fenomena doom spending ini. Jika hal ini dianggap wajar, bukannya tidak mungkin kondisi keuangan gen Z di masa depan akan sulit untuk stabil.
Agar bisa terhindar dari doom spending ini, para gen Z diharapkan bisa menetapkan batasan pengeluaran dan paham betul mengenai prioritas. Gen Z juga harus belajar bahwa ada banyak cara untuk meredakan stres, tidak hanya terbatas pada menghamburkan uang saja.
Kontributor : Rizky Melinda
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Sunscreen Daviena Skincare Cocok untuk Kulit Apa? Intip Varian dan Harganya
-
Cara Menghilangkan Flek Hitam Secara Alami, Pakai 10 Bahan Dapur Ini!
-
5 Rekomendasi Sepatu Lari Marathon: Ringan dan Kokoh, Kurangi Potensi Cidera
-
Apa Itu Etanol yang Bikin BP-AKR dan VIVO Batal Beli BBM dari Pertamina?
-
Deddy Corbuzier dan Sabrina Chairunnisa Beda Berapa Tahun? Kini Rumah Tangga Diisukan Retak
-
Vadel Badjideh Sebelum Dipenjara Kerja Apa? Divonis 9 Tahun dan Denda Rp1 M
-
Chagee Kolaborasi dengan Hacipupu: Teh Anggur Hijau Rendah Kalori yang Bikin Nagih!
-
8 Prompt Gemini AI buat Mirror Selfie Bawa Bunga Lily: Hasilnya Estetik, Natural, Kayak Asli
-
Siapa Sebenarrnya Naput? Seleb TikTok Medok, Maba Baru Gundar yang Viral
-
Berapa Penghasilan YouTube Lidya Pratiwi? Jadi YouTuber Kuliner Usai Bebas dari Penjara