Suara.com - Frugal living belakangan diserukan di tengah kondisi ekonomi tak menentu. Apalagi dengan kenaikan pajak pertambahan nilai (ppn) yang menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025 mendatang.
Frugal living sering kali dianggap menjadi hidup irit bahkan dianggap medit. Padahal ada perbedaan antara frugal living dan pelit, seperti apa?
Perbedaan Frugal Living vs Pelit
Frugal living sendiri merupakan gaya hidup hemat atau irit demi bisa bertahan dan menabung untuk masa depan.
Melansir dari laman Kemenkeu, Frugal Living diartikan sebagai konsep di mana seseorang mampu mengalokasikan dana yang dimiliki dengan kesadaran penuh (mindfull) serta pertimbangan dan analisis yang baik.
Tak hanya itu, frugal living juga disertai dengan strategi pencapaian tujuan keuangan masa depan yang jelas.
Sederhananya, orang yang memilih frugal living akan memilih masak sendiri dan membawa bekal ketimbang beli makanan di luar. Mereka juga tak membuang-buang uang hanya demi mengikuti tren.
Orang dengan frugal living juga melakukan pengetatan keuangan demi tujuan-tujuan masa depan, misal seperti membeli rumah, menyiapkan pendidikan anak, dan lain sebagainya.
Selain itu, menurut laman Thedollarstretcher, frugal living juga tentang memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan dan menemukan nilai dalam pengeluaran yang tidak perlu. Mereka sadar dengan tujuan keuangan sehingga bisa memilih apa yang perlu dan tidak.
Baca Juga: Kasus Timah, Transaksi Bisnis BUMN Rentan Disalahartikan sebagai Korupsi
Frugal living sendiri berbeda dengan pelit. Orang yang medit bukan melalukan pengetatan pengeluaran demi tujuan masa depan namun malah pengorbanan kualitas, kenyamanan, dan terkadang bahkan hubungan demi tak banyak keluarkan uang.
Orang yang pelit juga berfokus pada penghematan jangka pendek tanpa mempertimbangkan efek jangka panjang. Hal ini membuat orang pelit sering kali melalukan pembelian produk di bawah standar yang mudah rusak yang malah bisa memebuat pengeluaran membludak.
Sederhananya, frugal living tak membuat kualitas hidup menurun namun menyederhanakan gaya hidup demi keuangan jangka panjang. Sementara orang pelit melakukan pengetatan pengeluaran bahkan sampai menurunkan kualitas hidup namun tak memikirkan keuangan jangka panjang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Di Balik Kontroversi Ijazah Gibran Rakabuming Raka, Ini Profil Kampus MDIS Singapura
-
Gak Pake Mahal! 5 Rekomendasi Bedak Gatal Anti Jamur Mengandung Salicylic Acid
-
5 Urutan Skincare Malam dari Wardah untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Mulai Rp40 Ribuan
-
5 Fakta Menarik M Qodari, Penggagas Jokowi 3 Periode Kini Jadi Kepala Staf Kepresidenan Prabowo
-
7 Rekomendasi Skincare Pria Alfamart yang Efektif Mengatasi Wajah Kusam
-
Adu Kekayaan Hendrar Prihadi dan Sarah Sadiqa: Mantan vs Kepala LKPP Baru
-
Ajang Manhattan Photo Competition 2025 Umumkan Para Fotografer Terbaik
-
Profil Khaby Lame: Dari Pekerja Pabrik ke Bintang TikTok Dunia
-
Sering Dibilang Redflag, Ini 5 Sifat Unik Gemini yang Bikin Penasaran
-
Wonderful Indonesia 2025: Branding Global, Investasi Lokal, dan Wisata Berkelanjutan