Suara.com - Fenomena anak yang lahir dari orangtua tuli alias Child of Deaf Adult (CODA) masih terdengar asing di masyarakat. Padahal mereka punya kehidupan unik, karena mampu menggunakan bahasa isyarat sejak balita.
Ulya Zafirah Kanisya misalnya, remaja putri 'normal' yang terlahir dari rahim perempuan teman tuli Nia Kania Afriani (46), yang sejak lahir tidak bisa mendengar bahkan menikah dengan suaminya memiliki kondisi serupa.
Cerita menarik diungkap Kania dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional 2024 baru-baru ini. Ia bercerita Ulya di usia 6 bulan belum mengerti dengan bahasa isyarat sebagai cara berkomunikasi kedua orangtuanya.
"Jadi dia tengok kanan dan kiri melihat ayah dan ibunnya saling berbicara dengan bahasa isyarat," ujar Kania seraya menggunakan bahasa isyarat di momen peluncuran serial dokumenter (docuseries) bertajuk 'Sosok Baik Indonesia' di Jakarta Pusat, Kamis (3/12/2024)
Selanjutnya, kata Kania, saat Ulya menginjak usia 1 tahun dan mulai belajar bicara, anaknya secara bersamaan ikut mempelajari gerakan bahasa isyarat. Termasuk saat balita itu minta dibuatkan susu atau minta diganti popok maupun minta diantar ke kamar mandi.
"Jadi Ulya, minta ke susu dengan cara colek atau menepuk, lalu memperagakan gerakan ingin minum susu. Kalau pipis dia nunjuk celana untuk minta ganti popok," jelas Kania.
Kini setelah Ulya beranjak remaja, ia terlihat terbiasa bersama kedua orangtuanya dengan keadaan tunarungu. Bahkan tidak jarang remaja tersebut punya bahasa sederhana yang susah dimengerti kedua orangnya, dan begitupun sebaliknya.
Contohnya seperti yang terekam dalam episode pertama, series dokumenter karya sutradara Wisnu Surya Pratama terlihat Ulya dan Kania berkomunikasi selaiknya ibu-anak 'normal'. Bahkan keduanya asik menikmati suasana di sekitar kota Bandung.
Perlu diketahui Nia merupakan satu dari tiga tokoh utama kisah inspiratif yang tayang di kanal YouTube @niatbaikhasilbaik_id. Nia merupakan seorang teman tuli yang berhasil meraih medali emas di cabang olahraga lempar lembing pada usia 46 tahun.
Baca Juga: Robi si Teman Tuli, Mandiri dan Percaya Diri Berjualan di Kasuli
Dengan tekad yang kuat, Kania berhasil lulus sekolah hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan di tempat kerja ramah disabilitas kota Bandung. Meski begitu, Nia menghadapi sederet halangan untuk mendapat pekerjaan, sehingga harus berjuang lebih keras.
"Awalnya setelah lulus sekolah susah dapat kerja, jadi saya coba untuk wirausaha dengan menjual bungkus kertas untuk gorengan dengan cara titip ke teman, atau membantu teman menyulam kancing untuk seragam kantor dengan sistem borongan,” kenang Kania.
Beberapa tahun kemudian, Kania berhasil diterima bekerja di salah satu restoran cepat saji di kawasan Bandung. Mulai dari sana, hidup Kania perlahan berubah. Mempunyai penghasilan tetap dan lingkungan kerja yang mendukung, Kania mulai berani untuk meraih mimpinya di bidang olahraga sebagaimana cita-citanya sejak kecil.
Berkat dukungan perusahaan tempatnya bekerja, Kania diberikan izin untuk mengikuti berbagai kejuaraan lempar lembing dan tak jarang tekad kuat yang dimilikinya membuahkan hasil manis.
"Saya suka olahraga sejak kecil dan rasanya senang sekaligus bangga ketika saya berhasil menang. Meskipun usia saya sudah tidak muda lagi, dan sempat sebagian atlet muda meremehkan saya karena sudah tua dan menganggap saya tidak akan menang dalam lomba, saya tidak mau patah semangat. Saya bilang sama diri saya, saya bisa dan saya mampu. Alhamdulillah, kerja keras saya berhasil,” ungkapnya dengan mimik bahagia.
Selain Kania, ada juga dua sosok hebat lainnya yang kisahnya dimasukan dalam series dokumenter agar bisa lebih menginspirasi banyak orang. Dua orang itu yakni Khudori, seorang petani dari Garut yang berjuang memodernisasi pertanian di desanya.
Berita Terkait
-
Berkomunikasi dengan Teman Tuli, Tantangan yang Menyenangkan
-
Bawayang: Komunitas Inklusif di Yogyakarta, Tempat Teman Tuli dan Dengar Berharmoni
-
Robi si Teman Tuli, Mandiri dan Percaya Diri Berjualan di Kasuli
-
GERKATIN: Ruang Berkarya bagi Teman Tuli
-
Komunitas GERKATIN DIY: Perjuangan Inklusi dan Kesehatan Mental Teman Tuli
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Toner Apa yang Bagus untuk Mengatasi Flek Hitam? Ini 3 Pilihan Terbaik Mulai Rp8 Ribuan
-
Apakah Sepatu Running Boleh Dipakai untuk Jalan Sehari-hari? Begini Kata Dokter
-
Orang Tua Lesti Kejora di Kampung Kerja Apa? Dipuji Tetap Sederhana meski Anak-Mantu Kaya Raya
-
Apa Itu Talak Raj'i yang Dijatuhkan Pratama Arhan? Masih Boleh Rujuk, Asalkan ...
-
Bukan Gaya-Gayaan, Ternyata Ini Alasan Nagita Slavina Andalkan Peralatan Dapur Pintar
-
Lebih dari Sekadar Ingin Tampil Cantik, Self-Care Bagian dari Perawatan Jiwa dan Raga
-
5 Kampus dengan Jurusan Marketing Terbaik di Indonesia, Bisa Bangun Karier Sejak Bangku Kuliah
-
Berapa Gaji PPPK Paruh Waktu Lulusan SMA di Jawa? Ini Perhitungannya
-
Gurun Pasir hingga Bunga Viola Cantik Jadi Inspirasi Modest Fashion Buttonscarves X Benang Jarum
-
Cari Sepatu Running Bermerek untuk Pemula? Ini 4 Rekomendasinya Budget Rp300.000 - Rp500.000