Suara.com - Industri makanan ringan di Indonesia kini terus berkembang. Hal tersebut terlihat dari banyaknya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang berhasil menembus pasar nasional maupun internasional.
Salah satunya adalah telur gabus, camilan renyah berbentuk kecil memanjang yang dihadirkan Kata Oma Telur Gabus.
Telah lama menjadi favorit masyarakat Indonesia, telur gabus yang bermula dari resep rumahan sederhana hingga kini bisa 'naik kelas' menjadi camilan favorit di berbagai negara.
Kisah inilah yang dibagikan Kata Oma, yang bisa dijadikan inspirasi bagi UKM jajanan lokal. Keberhasilannya menunjukkan bahwa jajanan tradisional Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di kancah global. Tunggu apa lagi? Ini saatnya UKM jajanan lokal naik kelas!
Dari Camilan Rumahan ke Bisnis Skala Besar
Dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung tapioka, telur, dan sedikit garam, jajanan ini terkenal dengan teksturnya yang renyah dan gurih.
Tidak sedikit keluarga yang mewariskan resep turun-temurun, termasuk seorang Oma yang pada tahun 1980 mulai membuat sendiri telur gabus untuk anak dan cucunya.
Dengan bahan-bahan alami, tanpa pengawet, dan tanpa MSG, camilan ini menjadi favorit keluarga dan selalu hadir dalam acara kumpul bersama.
Seiring waktu, rasa dan kualitas telur gabus buatannya semakin dikenal oleh kerabat dan teman. Akhirnya, pada tahun 2016, Oma memutuskan untuk memasarkan produknya dengan nama Telur Gabus CoooCok. Permintaan terus meningkat, dan usaha ini pun berkembang pesat.
Baca Juga: Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Literasi Keuangan dan Securities Crowdfunding
Transformasi Menjadi Brand Kata Oma
Pada tahun 2018, bisnis ini dilanjutkan oleh putri Oma bersama dua rekannya. Mereka melihat peluang untuk mengembangkan usaha ke skala yang lebih besar dan melakukan rebranding menjadi Kata Oma pada 22 Desember 2018.
Meskipun berubah nama, resep warisan Oma tetap dipertahankan di mana produk ini tetap mempertahankan keunggulan utama, yakni dibuat dari bahan alami, tanpa pengawet, dan tanpa MSG.
Dengan visi yang lebih luas, generasi penerus mengembangkan bisnisnya secara lebih profesional. Merek yang sebelumnya dikenal berubah nama dengan identitas baru, tetap membawa cita rasa khas warisan keluarga, tetapi dengan kemasan dan strategi pemasaran yang lebih modern.
Mendobrak Pasar dengan Inovasi dan Strategi Digital
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, inovasi adalah kunci utama untuk bertahan dan berkembang. Pada 2019, pemasaran camilan telur gabus ini mulai merambah jalur reseller untuk menjangkau lebih banyak konsumen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Ramalan Zodiak Paling Beruntung Hari Ini 27 September 2025: Leo, Sagitarius, dan Aquarius
-
Apa Saja Makanan Indonesia yang Viral di Luar Negeri? Seblak sampai Diburu Orang Thailand
-
Profil Lengkap Ahmad Ali Ketua Harian PSI: Dulunya Waketum NasDem, Rumah Pernah Digeledah KPK
-
Sejarah Fashion 80 Tahun Hadir dalam Pop-Up Eksklusif di Jakarta
-
IDFES 2025 Resmi Dibuka, Dorong Ekosistem Fashion Indonesia Lebih Terintegrasi
-
Ngemil Gak Harus "Junk Food", Ini Rahasia Camilan Enak dan Bergizi untuk Keluarga
-
MSG dari Bahan Alami: Fakta Ilmiah di Balik Rasa Gurih yang Aman untuk Keluarga
-
5 Rekomendasi Sunscreen yang Tidak Perih di Mata, Harga Mulai 20 Ribuan
-
Terpopuler: Telur Harus Ceplok dan Rebus untuk MBG, Pengakuan Ahmad Sahroni saat Penjarahan
-
Asia Low-Carbon Buildings Transition Bantu Indonesia Wujudkan Bangunan Rendah Emisi