Suara.com - Setiap tahun, umat Kristiani di seluruh dunia memperingati Jumat Agung dengan penuh kekhusyukan. Hari ini bukan sekadar ritus tahunan, melainkan momen sakral untuk menyelami kembali kisah sengsara Yesus—sebuah narasi tentang cinta yang tak berujung, pengorbanan yang tak terbayangkan, dan harapan yang lahir dari derita.
Jumat Agung jatuh pada hari Jumat sebelum Paskah dan menjadi bagian dari Pekan Suci. Kata "Agung" merujuk pada makna besar dan suci dari pengorbanan Yesus. Bukan sekadar peringatan sejarah, Jumat Agung adalah refleksi mendalam akan kasih yang luar biasa dan tak terbatas dari Tuhan kepada umat-Nya.
Pada hari ini, umat Kristiani biasanya mengikuti ibadah khusus yang penuh kesunyian, perenungan, dan doa. Banyak gereja menggelar drama atau pembacaan kisah sengsara Yesus untuk mengajak jemaat lebih memahami penderitaan yang Yesus alami.
Kisah Sengsara Yesus Jumat Agung
Kisah sengsara Yesus dimulai dari saat Ia bersama murid-murid-Nya merayakan Perjamuan Terakhir. Di malam itu, Yesus sudah mengetahui bahwa salah satu murid-Nya, Yudas Iskariot, akan mengkhianati-Nya. Seusai makan, Yesus pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Di sanalah penderitaan-Nya secara manusiawi mulai terasa. Ia berdoa dengan penuh ketakutan, bahkan dikatakan peluh-Nya seperti darah, sebagai bentuk ketegangan batin yang luar biasa.
Tak lama setelah itu, datanglah Yudas bersama para serdadu dan pemuka agama Yahudi. Yesus ditangkap tanpa perlawanan. Para murid-Nya lari ketakutan. Sejak saat itu, dimulailah deretan siksaan yang tak terbayangkan terhadap Yesus.
Pengadilan dan Siksaan yang Berat
Yesus dibawa ke hadapan Imam Besar Kayafas, lalu ke Pontius Pilatus, gubernur Romawi saat itu. Meskipun Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus, desakan dari rakyat yang diprovokasi para pemuka agama membuat Pilatus akhirnya menyerah. Ia "mencuci tangan" sebagai tanda bahwa keputusan penyaliban Yesus bukan atas kehendaknya.
Yesus kemudian dicambuk dengan keras, dihina, dan dipakaikan mahkota duri. Ia juga dipaksa memikul salib-Nya sendiri menuju bukit Golgota. Dalam kondisi fisik yang sangat lemah, Yesus tetap melangkah, memperlihatkan keteguhan dan ketaatan yang luar biasa kepada kehendak Bapa di surga.
Baca Juga: Sabtu Suci Pakai Baju Apa? Ini Anjuran Warna Sesuai Liturgi Pekan Paskah
Penyaliban di Golgota
Sesampainya di Golgota, tangan dan kaki Yesus dipaku ke kayu salib. Di atas kepala-Nya terpasang tulisan “INRI” yang berarti "Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi." Dalam penderitaan yang sangat menyakitkan, Yesus masih sempat mengampuni para algojo-Nya dan memberi pengharapan kepada seorang penjahat yang disalib bersama-Nya.
Dalam detik-detik terakhir, Yesus berseru, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Setelah itu, Ia menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini disertai gempa bumi, tirai bait Allah terbelah dua, dan banyak orang menjadi takut dan percaya bahwa Yesus benar-benar adalah Anak Allah.
Refleksi dari Kisah Sengsara Yesus Jumat Agung
Kisah sengsara Yesus Jumat Agung bukan hanya kisah kesedihan, tetapi juga kisah kasih dan pengharapan. Melalui penderitaan-Nya, Yesus menebus dosa manusia dan membuka jalan keselamatan bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya. Bagi umat Kristen, momen ini menjadi ajakan untuk merenungkan kembali arti kasih, pengorbanan, dan pengampunan. Apakah kita sudah hidup dalam kasih seperti yang diteladankan Yesus? Sudahkah kita mampu mengampuni sesama, bahkan saat disakiti?
Jumat Agung adalah pengingat bahwa cinta sejati tidak selalu datang dalam bentuk yang mudah dan menyenangkan. Dalam kisah sengsara Yesus Jumat Agung, kita melihat pengorbanan yang tulus dan kasih yang sempurna. Mari jadikan hari suci ini sebagai momen untuk memperdalam iman, menguatkan harapan, dan menyebarkan kasih kepada sesama.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
Terkini
-
Staycation Rasa Museum: Liburan Mewah di Makau Sekaligus Intip Dunia Picasso!
-
Bedak Herocyn Bisa untuk Wajah? Ketahui Manfaat dan Fungsi Bedak yang Satu Ini
-
Profil UTS Insearch Sydney yang Masuk Riwayat Pendidikan Gibran, Apakah Semacam Bimbel?
-
Ketika Satu Video Mengubah Nasib Restoran: Fenomena Croissant TikTok
-
Wahyudin Moridu dari Partai Apa? Anggota DPRD Viral Ngaku Mau 'Rampok Uang Negara'
-
Tips Memilih Foundation Sesuai Warna Kulit, Ini 5 Rekomendasi Terbaiknya
-
Aman dan Nyaman, Wali Kota Semarang Pastikan Kotanya Siap Jadi Destinasi Liburan Wisatawan
-
5 Moisturizer Ringan yang Cepat Meresap di Kulit, Gak Bikin Minyakan dan Lengket
-
Pendidikan Mentereng Lita Gading, Pantas Berani Sentil Anggota DPR Lulusan Paket C
-
Magang Fresh Graduate 2025 Dibuka Kapan? Tawaran Gaji Menggiurkan