Suara.com - Produk dengan label “hijau” kini makin mudah ditemukan di pasaran. Dari fesyen, kosmetik, hingga makanan, semuanya berlomba-lomba mengklaim diri sebagai ramah lingkungan.
Di tengah meningkatnya kesadaran anak muda soal krisis iklim, tren ini terlihat menjanjikan. Sebuah studi berjudul Analysis of Environmentally Friendly Product Selection by Millennials and Gen Z in the Indonesian Market menyoroti bahwa dampak lingkungan yang dirasakan dan reputasi merek berperan besar dalam membentuk preferensi konsumen muda.
Namun, benarkah semua produk berlabel “sustainable” atau “eco-friendly” benar-benar ramah terhadap Bumi? Faktanya, tidak selalu.
Teaching Staff di bidang Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Tan Watumesa A, dalam tulisannya di The Conversation yang berjudul "Beli produk ‘hijau’? Tetap waspada jebakan gimik ‘greenwashing’" mengingatkan bahwa di balik label hijau yang memikat, bisa saja tersembunyi praktik greenwashing.
Apa Itu Greenwashing?
Greenwashing terjadi ketika perusahaan mengklaim produknya ramah lingkungan tanpa dasar yang kuat atau membesar-besarkan dampak positifnya. Tujuannya sederhana: menarik simpati dan uang konsumen yang peduli lingkungan. Padahal, apa yang terjadi di balik layar belum tentu sejalan dengan janji yang mereka gembar-gemborkan.
Dampaknya pun serius. Konsumen bisa merasa sudah “berkontribusi” pada lingkungan padahal hanya dimanipulasi citra. Ini menciptakan ilusi kontribusi atau false sense of accomplishment. Di sisi lain, kepercayaan publik terhadap gerakan keberlanjutan pun ikut tergerus.
Beberapa industri besar pernah terseret kasus greenwashing. Di industri fesyen, misalnya, ada merek yang mengaku produknya “berkelanjutan”, padahal masih menggunakan bahan sintetis dan bergantung pada tenaga kerja murah.
Dalam industri kosmetik, produk yang dilabel “natural” ternyata masih mengandung zat kimia berbahaya bagi lingkungan. Sementara di sektor makanan dan minuman, ada produk dengan klaim bebas bahan tertentu atau punya sertifikat hijau, tanpa transparansi soal rantai pasoknya.
Baca Juga: Transformasi Bisnis Hijau Mendesak Bagi Seluruh Sektor Industri
Mengapa greenwashing berbahaya?
Dalam ilmu pengetahuan sudau jelas, bahwa emisi gas rumah kaca seperti karbon dan metana dari aktivitas manusia menyelimuti Bumi dalam lapisan polusi, memicu pemanasan global dan bencana ekstrem badai hebat, kekeringan, banjir, hingga kebakaran hutan.
Untuk menjaga iklim tetap stabil dan Bumi tetap layak huni, emisi harus dikurangi hampir setengahnya pada 2030 dan mencapai nol bersih pada 2050. Setiap derajat pemanasan sangat berarti. Seperti dikatakan mantan ketua Panel Tingkat Tinggi Emisi Nol Bersih, "Planet ini tak bisa lagi menunggu, tak butuh alasan, dan tak sanggup menanggung lebih banyak pencucian hijau."
Greenwashing menjadi ancaman serius. Ia menipu konsumen, investor, dan publik lewat klaim keberlanjutan palsu. Akibatnya, kepercayaan terkikis, ambisi melemah, dan aksi nyata untuk mengurangi emisi pun terhambat. Padahal, tanpa komitmen dan transparansi, dunia akan semakin jauh dari target iklim global.
Label Bukan Jaminan
Label seperti biodegradable, organik, atau zero waste sering kali dijadikan alat jualan. Namun, tak semua klaim bisa dibuktikan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
4 Sepatu Lari Teknologi Tinggi Rekomendasi Dokter Tirta untuk Kecepatan Maksimal
-
5 Sunscreen Mengandung Antioksidan untuk Usia 60-an, Rahasia Awet Muda
-
Mahasiswa Perlu Kompetensi Lintas Budaya, Prasmul-Canterbury Jawab Lewat Experiential Learning
-
5 Lipstik untuk Usia 40-an, Wajah Segar dan Terlihat Lebih Muda
-
5 Rekomendasi Bedak Viva untuk Natalan di Gereja, Awet Seharian!
-
6 Rekomendasi Parfum Miniso Terbaik untuk Kado Natal
-
Food Street Baru di Aeon Pakuwon Mall Suguhkan Sushi Geprek dan Menu Spicy Fusion yang Bikin Nagih!
-
Fashion Paling Diburu untuk Liburan Akhir Tahun di Musim Hujan, Ada 2 Item Terlaris
-
Elegan di Ujung Tahun: Intip Jade Series Terbaru dari Merche yang Wajib Dimiliki!
-
5 Inspirasi OOTD Natal ala Shandy Aulia, Tampil Anggun dan Sophisticated