Suara.com - Di tengah ancaman krisis iklim dan kerusakan alam, banyak orang mulai mempertanyakan bagaimana cara menikmati liburan tanpa merusak lingkungan? Jawabannya ada pada konsep ekowisata dan pariwisata berkelanjutan—dua istilah yang kini makin relevan, bukan hanya untuk pelaku industri, tapi juga untuk wisatawan yang ingin bepergian dengan lebih bijak.
Ekowisata adalah bentuk pariwisata yang berfokus pada kawasan alami dan bertujuan melestarikan lingkungan sambil memberikan manfaat kepada masyarakat lokal.
Lebih dari sekadar jalan-jalan ke alam terbuka, ekowisata melibatkan pembelajaran, rasa hormat terhadap budaya setempat, dan kontribusi langsung terhadap konservasi.
Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) menyebut lima karakter utama dari ekowisata:
- Berbasis alam: Wisata dilakukan di kawasan yang masih alami.
- Mengandung unsur edukasi: Wisatawan diajak memahami nilai-nilai lingkungan dan budaya.
- Berskala kecil dan lokal: Biasanya dikelola oleh pelaku usaha lokal untuk kelompok wisata kecil.
- Dampak negatif minimal: Tidak merusak alam atau budaya setempat.
- Berorientasi konservasi: Wisata harus memberi manfaat nyata bagi pelestarian lingkungan.
Pendek kata, ekowisata bukan sekadar berfoto di tempat hijau, melainkan juga soal etika dan tanggung jawab terhadap bumi.
Bagaimana dengan Pariwisata Berkelanjutan?
Jika ekowisata adalah salah satu bentuk, maka pariwisata berkelanjutan adalah payung besarnya. Konsep ini mencakup semua jenis pariwisata, termasuk wisata kota, wisata budaya, hingga wisata pantai, selama dijalankan dengan prinsip berkelanjutan.
Menurut definisi internasional, pariwisata berkelanjutan mempertimbangkan secara menyeluruh dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan, baik sekarang maupun di masa depan. Tujuannya: memenuhi kebutuhan wisatawan, industri, masyarakat, dan lingkungan secara seimbang.
Ada tiga pilar utama dalam pariwisata berkelanjutan:
Baca Juga: Kisah Cinta Terlarang Membuka Pintu bagi Ekowisata Gunung Tangkuban Perahu
- Lingkungan: Menjaga sumber daya alam, keanekaragaman hayati, dan lanskap.
- Ekonomi: Memberi manfaat adil bagi masyarakat lokal dan pelaku usaha.
- Sosial-budaya: Melestarikan identitas dan kearifan lokal.
Untuk memastikan prinsip-prinsip ini dijalankan, Global Sustainable Tourism Council (GSTC) menetapkan kriteria internasional yang bisa diadopsi oleh destinasi wisata, pemerintah daerah, maupun operator perjalanan.
Kriteria tersebut meliputi:
- Manajemen berkelanjutan dalam operasional.
- Dampak sosial-ekonomi yang adil bagi komunitas lokal.
- Pelestarian budaya lokal.
- Perlindungan lingkungan dan sumber daya alam.
- Peran Kita sebagai Wisatawan
Kita mungkin bukan pengelola wisata, tapi setiap keputusan saat liburan punya dampak besar. Itulah sebabnya muncul istilah perjalanan bertanggung jawab atau responsible travel—di mana wisatawan berperan aktif mendukung pariwisata yang ramah lingkungan dan berpihak pada masyarakat lokal.
Beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan:
- Memilih penginapan yang ramah lingkungan.
- Tidak meninggalkan sampah di tempat wisata.
- Menggunakan pemandu lokal atau layanan dari pelaku usaha setempat.
- Menghindari kegiatan yang mengeksploitasi hewan atau merusak habitat.
- Menuju Liburan yang Lebih Bermakna
Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak pariwisata, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat, ekowisata dan pariwisata berkelanjutan bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan. Liburan kini bukan hanya tentang “ke mana kita pergi”, tetapi juga “bagaimana kita pergi” dan “apa dampaknya bagi sekitar”.
Maka, saat merencanakan liburan berikutnya, pertimbangkan untuk menjadi bagian dari solusi. Pilihlah perjalanan yang tidak hanya memberikan pengalaman, tetapi juga meninggalkan jejak kebaikan bagi bumi dan sesama.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?
-
Siapa Ayah Prabowo Subianto? Silsilahnya Disorot usai Sang Presiden Ziarah Makam di Belanda
-
Ribuan Orang Keracunan MBG, Ini Nomor Hotline Pengaduan BGN Resmi
-
5 Rekomendasi Film Mirip One Battle After Another, Sajikan Ketegangan Intens yang Seru!
-
Kekayaan Tony Blair yang Ditunjuk Jadi Pemimpin Sementara Gaza
-
Favorit Sejuta Umat, Ini Cara Membedakan Sandal Hermas Oran Ori dan KW