Suara.com - Bagi banyak orang, kompetisi olahraga adalah ajang untuk menguji kemampuan, meraih medali, dan menorehkan prestasi. Namun, bagi atlet disabilitas, kompetisi memiliki makna yang jauh lebih dalam.
Ia menjadi ruang untuk membuktikan potensi, menghapus stigma, dan membangun kemandirian. Di atas meja pertandingan, semua orang setara.
Tidak lagi ada label “mampu” atau “tidak mampu”, yang ada hanya ketekunan, strategi, dan semangat juang. Melalui kompetisi, penyandang disabilitas mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak berarti keterbatasan prestasi.
Lebih dari itu, kompetisi membuka akses pada pelatihan yang lebih terstruktur, dukungan publik yang lebih luas, dan peluang untuk berkarier di dunia olahraga profesional.
Setiap pertandingan adalah langkah menuju pengakuan sosial, di mana mereka dipandang sebagai atlet yang berdedikasi, bukan sekadar penerima simpati.
NPCI DKI Jakarta Table Tennis Championship 2025: Simbol Inklusi
Semangat inilah yang menjadi roh NPCI DKI Jakarta Table Tennis Championship 2025, turnamen tenis meja inklusif terbesar di Indonesia yang digelar oleh National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) DKI Jakarta bersama Yayasan Inklusi Pelita Bangsa (YIPB).
Berlangsung 8–10 Agustus 2025 di Pluit Village Mall, Jakarta Utara, turnamen ini mempertemukan 128 atlet disabilitas dari 13 provinsi dan lebih dari 200 peserta umum untuk bertanding memperebutkan total hadiah Rp180 juta.
Ketua Pelaksana, Cahaya Manthovani, menegaskan bahwa kejuaraan ini tidak hanya mencari pemenang, tetapi juga mencari bibit atlet baru untuk Paraseagames 2026 dan Paralympic 2028.
Baca Juga: Kisah Disabiltas Tetap Semangat Jalan Kaki hingga Ratusan Kilometer Demi Antar Makanan
“Kami juga ingin menunjukkan bahwa disabilitas bukan penghalang untuk berprestasi. Justru mereka memiliki semangat dan potensi besar yang bisa menjadi inspirasi kita semua,” ujar Cahaya dalam sambutannya, Jumat (8/8/2025).
Chef de Mission Paralimpiade, Reda Manthovani, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari persiapan untuk memantau performa atlet yang akan bertanding di Paraseagames Januari 2026.
“Mereka ikut bermain di sini untuk menguji kemampuan dan melakukan pemanasan, sehingga bisa mengetahui level mereka sebelum berlaga,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa persiapan atlet telah dilakukan di Pelatnas Karanganyar, Solo. Namun, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek teknis, melainkan juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
“Persiapan teknis akan percuma tanpa support dari seluruh pemangku kepentingan olahraga. Sebagai CDM, tugas saya adalah mengorkestrasikan dukungan penuh agar target juara umum di Paraseagames nanti bisa tercapai,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) ini.
Lebih dari Sekadar Olahraga
Turnamen ini menjadi sarana bagi atlet disabilitas untuk mengasah keterampilan, membangun mental juara, dan memperluas jaringan dukungan.
Pertandingan yang disaksikan langsung di ruang publik membantu masyarakat melihat kemampuan atlet disabilitas secara nyata, sehingga pelan-pelan mengikis prasangka yang selama ini ada.
Maya Miranda Ambarsari, Ketua Dewan Pembina YIPB, menilai kompetisi di ruang publik adalah cara efektif untuk mendorong inklusi.
“Olahraga bukan hanya soal menang atau kalah, tapi juga ruang untuk saling memahami, menghargai, dan mendukung satu sama lain,” katanya.
Dengan tema “Mendobrak Batas”, NPCI DKI Jakarta Table Tennis Championship 2025 menjadi contoh nyata bahwa kompetisi bisa menjadi alat pemberdayaan yang kuat.
Dari Jakarta, semangat ini diharapkan merambah ke panggung internasional — membuktikan bahwa keberanian, kerja keras, dan sportivitas adalah bahasa universal yang menghubungkan semua orang, tanpa terkecuali.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
7 Rekomendasi Skincare Skintific untuk Atasi Flek Hitam, Bikin Kulit Mulus dan Glowing
-
Harta Deddy Corbuzier Nyaris Rp1 T, Nafkah Bulanan untuk Sabrina Chairunnisa Tak Terduga
-
Rekam Jejak Niluh Djelantik, Anggota DPD Bali 'Kawal' Pembongkaran Tembok di Kawasan GWK
-
4 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik untuk Lansia, Nggak Bikin Lecet dan Nyeri
-
Tak Cuma Hamburger, Ini 10 Menu Kuliner Amerika Serikat Populer yang Menarik Dicoba
-
Rayyanza Malik Ahmad Sekolah di Mana? Sudah Pandai Mengaji Al-Fatihah
-
5 Rekomendasi Moisturizer untuk Orang Tua: Kulit Jadi Lembap, Sehat, dan Awet Muda
-
4 Cara Membedakan Sepatu New Balance 2002R Ori vs KW, Segini Harga Aslinya
-
Peta Digital Buatan Anak Bangsa Raih Pengakuan Global di Asia Pasifik, Ini Kata Sosok di Baliknya
-
4 Rekomendasi Bat Ping Pong Murah Mulai 80 Ribu per Oktober 2025