Lifestyle / Komunitas
Kamis, 04 September 2025 | 14:42 WIB
Ilustrasi travel warning (Freepik)

Suara.com - Sejak akhir Agustus 2025, aksi protes di berbagai kota besar Indonesia menjadi sorotan internasional, hingga memicu beberapa negara untuk memberikan travel warning. Lantas, apa dampaknya bagi Indonesia?

Kondisi terbaru di Indonesia membuat wisatawan dan investor asing waspada, terutama terkait aspek keselamatan dan kenyamanan.

Beberapa negara pun mengeluarkan travel warning ke Indonesia, memberikan peringatan agar warganya lebih berhati-hati, menjauhi kerumunan, dan mengikuti arahan keamanan.

Dengan adanya travel warning dari sejumlah negara, apa dampak yang dirasakan oleh pariwisata dan ekonomi Indonesia?

Apa Itu Travel Warning?

Travel warning adalah himbauan resmi bagi warga negara agar menunda atau menghindari perjalanan ke wilayah tertentu.

Peringatan ini biasanya diberikan karena adanya potensi bahaya yang bisa mengancam keselamatan dan jiwa wisatawan.

Travel warning berbeda dengan travel ban. Travel ban melarang warga bepergian secara total, sementara travel warning hanya memberikan peringatan dini agar wisatawan berhati-hati dan tetap aman selama perjalanan.

Travel warning dapat dikeluarkan secara mendadak karena suatu kejadian yang tidak terduga atau di luar dugaan, misalnya aksi teror, kerusuhan, atau bencana alam besar.

Baca Juga: Fenomena Brave Pink Ramai Jadi Ikon Solidaritas, Sekarang Kok Malah Jadi Perdebatan?

Travel warning biasanya dicabut setelah situasi di wilayah tersebut dianggap aman dan risiko bagi wisatawan telah berkurang.

Dengan kata lain, travel warning bersifat fleksibel dan selalu mengikuti perkembangan kondisi di lapangan.

Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia

Beberapa negara yang tercatat mengeluarkan travel warning antara lain Amerika Serikat, Inggris Raya, Kanada, Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, Filipina, dan Prancis.

Amerika Serikat meminta warganya ekstra hati-hati, terutama jika berada di dekat titik-titik demonstrasi di Jakarta seperti Kramat, Senayan, dan Jalan Gatot Subroto, serta selalu melaporkan kondisi diri kepada keluarga atau teman.

Sementara itu, Inggris Raya melalui FCDO menekankan agar warganya menunda perjalanan ke Indonesia, dan bagi yang sudah berada di sini disarankan menghindari semua aksi protes atau rapat umum yang berpotensi berubah menjadi kekerasan.

Di sisi lain, pemerintah Australia meningkatkan panduan perjalanan ke Level 2, mengingat adanya risiko kerusuhan dan kerusakan di berbagai wilayah, termasuk Bali sebagai tujuan wisata utama.

Negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Filipina, Kanada, dan Prancis turut menekankan agar warganya menjauhi keramaian dan waspada terhadap kemungkinan konflik.

Travel warning ini berlaku di berbagai platform resmi, mulai dari situs pemerintahan, media sosial kedutaan, hingga panduan perjalanan resmi masing-masing negara.

Apa Dampak Travel Warning bagi Indonesia?

Peringatan perjalanan dari negara-negara tersebut jelas berdampak pada sektor pariwisata.

Wisatawan asing cenderung menunda perjalanan ke wilayah yang menjadi pusat demonstrasi, terutama Jakarta, sehingga paket tur dan reservasi hotel di daerah tersebut mengalami penurunan permintaan.

Namun, destinasi populer yang relatif jauh dari pusat demonstrasi, seperti Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, dan Lombok, tetap ramai dikunjungi.

Hal ini menunjukkan bahwa travel warning bersifat selektif, lebih menekankan kehati-hatian, dan bukannya larangan total.

Meski begitu, reputasi Indonesia di kancah internasional juga bisa terpengaruh. Pemerintah dan aparat terkait dituntut untuk menstabilkan kondisi dan menjaga keamanan agar wisatawan tetap nyaman beraktivitas.

Setiap aksi massa yang menjadi sorotan media luar negeri sering kali memberi kesan bahwa Indonesia berisiko untuk dikunjungi, padahal faktanya tidak selalu demikian.

Untuk itu, strategi komunikasi publik sangat dibutuhkan agar informasi tersampaikan dengan tepat.

Pemerintah perlu menyampaikan narasi yang menekankan bahwa kerusuhan adalah kejadian terisolasi, sementara aktivitas masyarakat sehari-hari tetap berlangsung normal dan aman.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

Load More