Lifestyle / Komunitas
Senin, 15 September 2025 | 11:38 WIB
Gasing Pemadam pakai baterai (YT Yudist Ardhana)
Baca 10 detik
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Dunia media sosial, khususnya TikTok, sedang diramaikan oleh sebuah tren DIY (Do It Yourself) yang unik di kalangan pelajar, khususnya anak SD.

Tren viral tersebut adalah cara membuat gasing dari kombinasi tak terduga: penghapus, baterai bekas, dan isi pulpen. Dikenal dengan sebutan "gasing pemadam".

Mainan sederhana ini berasal dari Malaysia, yang mana awalnya dibuat dengan penghapus karet. Dalam bahasa Melayu, penghapus disebut dengan pemadam.

Kemudian mainan viral ini berhasil mencuri perhatian karena kemampuannya berputar kencang dan lama.

Mengapa Gasing Pemadam Begitu Viral?

Namun, di balik keseruan dan kreativitasnya, tren ini memicu perdebatan. Sebagian melihatnya sebagai wujud kecerdasan dan pemanfaatan barang bekas.

Sementara yang lain, terutama dari kalangan pendidik, menyuarakan kekhawatiran. Artikel ini akan mengupas tuntas cara membuatnya, sekaligus menilik dua sisi mata uang dari fenomena gasing pemadam yang viral.

Kunci popularitas gasing pemadam terletak pada kesederhanaannya. Bahan-bahannya mudah ditemukan di sekitar pelajar—bahkan sering kali dianggap sebagai sampah atau barang tak terpakai.

Proses pembuatannya yang tidak rumit dan hasilnya yang memuaskan membuat banyak siswa tertantang untuk mencoba dan memamerkannya. Ini adalah bentuk kreativitas instan yang membanggakan.

Tutorial Membuat Gasing Pemadam Viral

Tertarik untuk mencoba? Prosesnya sangat mudah, namun tetap disarankan ada pengawasan orang dewasa, terutama saat menangani baterai bekas.

Baca Juga: Ancaman Hukuman Bagi Pembuat Gambar Manipulasi AI, Pemain Timnas Jadi Korban

Bahan yang Diperlukan:

  • Satu buah penghapus pensil (biasanya berbentuk persegi panjang dan tebal).
  • Satu buah baterai bekas ukuran AA atau AAA.
  • Isi pulpen bekas (ambil bagian ujungnya yang runcing).
  • Gunting atau cutter (opsional, untuk merapikan).

Langkah-langkah Pembuatan:

  1. Siapkan Penghapus:
    Ambil penghapus. Bagian ini akan menjadi badan utama gasing yang memberikan stabilitas.
  2. Lubangi Bagian Atas:
    Tekan dan tancapkan bagian bawah (sisi negatif) baterai bekas ke tengah permukaan atas penghapus.
    Beri tekanan hingga baterai masuk sekitar setengahnya ke dalam penghapus. Baterai ini berfungsi sebagai pemberat dan poros atas gasing.
  3. Pasang Poros Bawah:
    Ambil isi pulpen bekas. Tancapkan bagian ujungnya yang tajam dan runcing tepat di tengah permukaan bawah penghapus.
    Pastikan ujung pulpen tertancap lurus dan kokoh agar gasing bisa berputar seimbang.
  4. Uji Coba Keseimbangan:
    Letakkan gasing di permukaan yang rata dan coba putar. Jika gasing oleng, periksa kembali posisi baterai dan ujung pulpen. Pastikan keduanya berada tepat di tengah dan lurus secara vertikal.
  5. Selesai! Gasing pemadam sederhana Anda siap dimainkan.

Pro Kontra Gasing Pemadam

Di balik keseruannya, tren gasing pemadam memicu pro dan kontra yang tajam, terutama di lingkungan sekolah.

Sisi Positif: Wujud Kreativitas dan Daur Ulang

Tidak bisa dipungkiri, tren ini menunjukkan sisi positif dari generasi muda. Mereka mampu berinovasi dengan memanfaatkan barang bekas di sekitarnya.

Alih-alih dibuang, baterai bekas dan penghapus sisa diubah menjadi mainan yang menghibur.

Secara tidak langsung, ini adalah praktik daur ulang sederhana yang melatih daya pikir kreatif dan problem-solving.

Sisi Negatif: Peringatan dari Ruang Guru

Di sisi lain, banyak guru menyuarakan keprihatinan. Sebuah unggahan dari seorang guru menjadi viral, berisi imbauan agar siswa tidak lagi membawa atau memainkan gasing pemadam di sekolah.

Kekhawatiran ini sangat beralasan. Salah seorang guru menyatakan, "Awalnya kami melihatnya sebagai kreativitas, tetapi lama-kelamaan aktivitas di kelas menjadi terganggu.

Beberapa siswa bahkan menggunakannya untuk taruhan kecil, yang tentu tidak mendidik."

Poin-poin utama yang menjadi kekhawatiran para pendidik adalah:

  • Mengganggu Konsentrasi Belajar: Suara dan aktivitas memainkan gasing di dalam kelas jelas mengganggu fokus siswa dan guru.
  • Potensi Perilaku Negatif: Permainan adu gasing berisiko berubah menjadi ajang taruhan atau judi kecil-kecilan di antara siswa.
  • Risiko Keamanan: Baterai bekas, jika ditekan terlalu keras atau rusak, berpotensi mengeluarkan cairan kimia berbahaya yang bisa mengiritasi kulit.

Menyikapi Tren dengan Bijak

Melarang sepenuhnya mungkin bukan solusi terbaik. Fenomena gasing pemadam ini bisa menjadi momen edukasi. Orang tua dan guru dapat berdialog dengan anak-anak.

Arahkan kreativitas mereka pada koridor yang tepat. Misalnya, mengubahnya menjadi proyek sains sederhana untuk mempelajari konsep fisika seperti gaya sentrifugal, momentum, dan titik keseimbangan.

Dengan demikian, energi kreatif mereka tetap tersalurkan, namun pada waktu dan tempat yang semestinya, bukan di tengah jam pelajaran.

Gasing pemadam adalah cerminan sempurna dari budaya viral modern: sederhana, kreatif, dan menyebar cepat.

Namun, ia juga membawa pelajaran penting tentang tanggung jawab. Di satu sisi, ia adalah simbol kecerdasan dalam memanfaatkan barang sekitar.

Di sisi lain, ia menjadi pengingat bahwa setiap inovasi perlu diiringi pemahaman konteks dan aturan.

Bagaimana menurut Anda? Apakah gasing pemadam ini lebih banyak sisi positif atau negatifnya?

Apakah ini murni kreativitas anak-anak yang harus didukung, atau sebuah tren yang perlu diatur secara tegas di lingkungan sekolah?

Load More