Suara.com - Rambu Solo' bukanlah plesetan dari rambu-rambu lalu lintas, tetapi sebuah adat istiadat di tanah Toraja.
Indonesia memiliki banyak suku dan setiap suku di Indonesia memiliki adat istiadat yang mencerminkan pandangan hidup dan nilai-nilai spiritual mereka.
Bagi masyarakat Tana Toraja di Sulawesi Selatan, salah satu tradisi yang paling sakral dan dikenal luas adalah Rambu Solo', sebuah upacara pemakaman adat yang menjadi bentuk penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal.
Tradisi ini bukan sekadar ritual kematian, melainkan juga perwujudan hubungan antara manusia, leluhur, dan alam semesta yang diyakini masyarakat Toraja sejak zaman nenek moyang.
Menurut penelitian Paganggi, Hamka, dan Asmirah dalam karya mereka berjudul Pergeseran Makna dalam Pelaksanaan Upacara Adat Rambu Solo pada Masyarakat Toraja, tradisi ini telah berlangsung sejak generasi leluhur pertama.
Rambu Solo' sendiri berasal dari kata rambu yang berarti asap atau sinar, dan solo’ yang berarti turun.
Secara simbolik, prosesi ini dilaksanakan pada saat matahari mulai tenggelam, menggambarkan perjalanan roh yang meninggalkan dunia menuju alam baka.
Dalam kepercayaan tradisional Aluk Todolo, seseorang yang telah meninggal belum dianggap benar-benar pergi sebelum seluruh rangkaian Rambu Solo selesai dilakukan.
Selama masa itu, jenazah akan disemayamkan di rumah keluarga dan dianggap masih dalam keadaan "sakit" atau "tidur".
Baca Juga: Dianggap Hina Adat Toraja, Pandji Pragiwaksono Minta Maaf atas Materi Stand Up 12 Tahun Lalu
Hanya setelah upacara selesai, roh diyakini dapat berangkat menuju Puya, alam keabadian tempat arwah beristirahat dengan tenang.
Makna Tradisi Rambu Solo di Toraja
Makna tradisi Rambu Solo di Toraja dapat dipahami lewat tujuan utama dari pelaksanaannya, yakni untuk menyempurnakan kematian seseorang. Masyarakat Toraja percaya bahwa roh membutuhkan bekal dan doa untuk dapat menempuh perjalanan ke alam baka.
Oleh karena itu, seluruh keluarga dan kerabat berkumpul untuk memastikan prosesi berjalan lancar. Kelancaran upacara dianggap sebagai penentu kedudukan arwah di dunia spiritual.
Bagi masyarakat Toraja, kematian bukan akhir dari kehidupan, melainkan tahap menuju keabadian. Nilai ini memperlihatkan betapa kuatnya penghormatan terhadap leluhur serta keyakinan akan kesinambungan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Pelaksanaan Tradisi Rambu Solo di Toraja
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
Terkini
-
Penjelasan Resmi Kemnaker soal Nasib BSU November 2025, Cair atau Tidak?
-
5 Sunscreen Chemical untuk Perlindungan Tanpa White Cast, Cocok untuk Semua Jenis Kulit
-
5 Lipstik Anti Bleeding Mulai Rp30 Ribuan untuk Wanita Usia 40-an, Tetap Rapi Meski Ada Garis Bibir
-
7 Taman Nasional Paling Memukau di Indonesia, Wajib Kamu Kunjungi
-
Nafkah Iddah dan Mut'ah Diberikan Berapa Lama? Erin Minta Rp1 M dari Andre Taulany
-
Promo Superindo Hari Ini 5 November 2025: Cek Katalog Super Hemat Terbaru!
-
Latar Belakang Giorgio Antonio, Temen Dekat Sarwendah yang Punya Bisnis Mentereng
-
5 Rekomendasi Bedak dengan Kandungan Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam di Usia 40 Tahun
-
Dari Meme Kampus ke Jaringan Kreator Raksasa Asia Tenggara, Kok Bisa?
-
Kerjanya Jalan Kaki Keliling Kota, Berapa Gaji Petugas Google Maps?