Kehadiran Dr. Samah Sabawi menjadi sorotan istimewa dalam BWCF tahun ini. Lahir di Gaza dan besar di pengasingan, Samah kini tinggal di Melbourne dan dikenal luas sebagai penyair, dramawan, dan aktivis perdamaian. Karyanya melintasi batas geografi dan bahasa, menyuarakan luka, cinta, dan keteguhan manusia Palestina dalam menghadapi penindasan.
Samah adalah penulis naskah drama terkenal seperti Tales of a City by the Sea, Them, dan I Remember My Name — karya yang telah dipentaskan di berbagai negara dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Buku terbarunya, Cactus Pear for My Beloved (Penguin Australia, 2024), menelusuri perjalanan keluarganya selama satu abad, masuk dalam daftar pendek Stella Prize 2025 serta Douglas Stewart Prize di bawah NSW Premier’s Literary Awards.
Sejumlah penghargaan bergengsi lain yang pernah diterima Samah antara lain Australian Writers’ Guild Award (2021) dan Green Room Award (2020), serta dikenal sebagai salah satu suara perempuan Palestina yang paling berpengaruh di panggung sastra dunia. Kehadiran Samah Sabawi di BWCF 2025 memiliki makna simbolik yang kuat: ia membawa suara perlawanan dan spiritualitas ke dalam ruang budaya Indonesia, menjembatani pengalaman Palestina dan Islam Nusantara dalam satu kesadaran kemanusiaan. Di tengah dunia yang retak oleh perang dan krisis, puisinya mengingatkan kita bahwa ziarah terbesar manusia adalah mencari kedamaian dalam hati dan dunia.
Tribute untuk arkeolog Uka Tjandrasasmita
Festval kali ini merupakan tribute terhadap almarhum arkeolog UI yang di masa hidupnya sangat menekuni penelitian mengenai nisan-nisan nusantara, yaitu Uka Tjandrasasmita (1934-2010). Buku almarhum: Arkeologi Islam Nusantara merupakan buku wajib bagi mereka yang melakukan studi terhadap arkeologi Islam Nusantara. Semasa hidupnya, Uka banyak melakukan penelitian di Banten lama (Kesultanan Banten), Cirebon (Kasultanan dan tradisi Islam pesisir), Trowulan (hubungan Majapahit dengan awal Islam),· Giri Kedaton dan Gresik (Sunan Giri,
Sunan Maulana Malik Ibrahim), Gampong Pande – Aceh (nisan dan jejak Islam awal). Uka bisa disebut adalah seorang arkeolog yang memperjuangkan agar peninggalan Kesultanan Islam — nisan, masjid tua, kota pelabuhan — diperlakukan sebagai situs arkeologi yang bernilai akademis. Dialah yang pertama kali memetakan arkeologi Islam di Indonesia secara sistematis.
Beliau dikenal sebagai penggagas bidang Arkeologi Islam di Indonesia, yang sebelumnya belum diperlakukan sebagai bidang studi tersendiri. Beliaulah yang menunjukkan bahwa bentuk dan ornamentasi nisan dapat menjadi indikator jalur penyebaran Islam apakah itu dari Gujarat, Bengal, Cina dan lain-lain.
Berkaitan dengan tribut terhadap Uka Tjandrasasmita ini, secara khusus pada malam opening BWCF 2025 akan dihadirkan Pidato Kebudayaan yang akan membahas salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh Uka Tjandrasasmita. Pidato kebudayaan akan dibawakan oleh Dr Helene Njoto, seorang sejarawan seni dan arsitektur dari Perancis. Judul pidato kebudayaanya Adalah: Tribute untuk Uka Tjandrasasmita Membaca Kembali Sendang Duwur Dan Masjid-Masjid Kuno Nusantara.
Sendang Duwur Adalah situs purbakala Islam yang terletak di Desa Sendang Duwur, Kecamatan dan Kawedanan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Situs ini juga dikenal dengan nama Masjid Sendang Duwur atau Makam Sunan Sendang. Di situ terdapat masjid kuno dan mimbar, batu nisan keramat, gapura, pendapa dan tiang berukir dan lain-lain. Uka Tjandrasasmita pernah meneliti Sendang Duwur dan pada tahun 1975 tulisannya tentang situs tersebut pernah terbit dalam Bahasa Inggris: Islamic Antiiquity of Sendang Duwur . Dalam pidato kebudayaannya di BWCF, Dr Helen Njoto yang juga melakukan penelitian Situs Sendang Duwur akan membaca ulang penelitian Uka Tjandrasasmita tersebut.
Baca Juga: Nisan Aceh Kuno Ditemukan di Sulsel, Peneliti Ungkap Hal Ini
Diharapkan BWCF kali ini menjadi sebuah festival yang dari segi content berbobot dan bisa menjadi referensi bagi para mahasiswa, peneliti, dosen, sastrawan, seniman dan sebagainya. ***
Berita Terkait
-
Misteri Abad ke-20 Terpecahkan: Lubang Aneh di Peru Diduga sebagai Pasar Kuno
-
Himne Babilonia Berusia 3.000 Tahun Berhasil Diungkap Peneliti
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
Refleksi Diri lewat Berpayung Tuhan, Saat Kematian Mengajarkan Arti Hidup
-
Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa: Membongkar Patriarki dan Kekerasan Simbolik
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
Terkini
-
5 Sepatu Loafers Wanita Terbaik Harga Terjangkau, Cocok Dipakai Kuliah dan Kerja
-
Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
-
5 Parfum dengan Aroma Minuman, Mulai dari Teh Melati hingga Mocktail Segar
-
Pakai Bedak Waterproof? Begini Cara Menghapusnya biar Wudhu dan Ibadah Tetap Sah
-
Tanggal Merah 2026 Hari Apa Saja? Ini Daftar dan Link Download Kalender Lengkapnya
-
Azarine x Sanrio Series, Kolaborasi Make-Up Ter-cute Tahun Ini!
-
5 Rekomendasi Sampo Penghitam Rambut, Mudah Ditemukan di Supermarket
-
10 Tren Bahan Skincare yang Populer Selama 2025, Vitamin C Tak Lekang Waktu
-
Tantangan dan Peluang Mengangkat Masakan Lokal ke Panggung Global
-
Maladewa Ubah Model Pariwisata Jadi Integrated Development Berbasis Keberlanjutan