Suara.com - Selesai sudah referendum yang dilakukan rakyat Skotlandia untuk menentukan apakah akan tetap bersatu dengan Inggris Raya atau menyudahi ikatan 307 tahun dan memerdekakan diri. Rakyat negara tersebut sudah memberikan suaranya sepanjang hari Kamis (18/9/2014).
Keputusan soal jadi atau tidaknya Skotlandia menjadi negara merdeka diperkirakan sudah bisa diketahui pada hari Jumat (19/9/2014) sekitar waktu makan siang.
Tempat pemungutan suara yang tersebar di pelosok perbukitan, pulau, hingga kota-kota besar di Skotlandia sudah ditutup pada pukul 21.00 GMT. Meski belum diketahui bagaimana hasilnya, hitungan sejumlah survei mengungkap bahwa jumlah rakyat Skotlandia yang pro dan kontra terhadap kemerdekaan hampir sama.
Menurut survei-survei tersebut, rakyat yang memilih untuk tidak merdeka hanya unggul tipis dari rakyat yang pro pada kemerdekaan. Namun, tak menutup kemungkinan, posisi akan berbalik lantaran masih ada 600.000 orang yang masih ragu mengambil sikap di akhir gelaran survei.
Salah satunya adalah survei yang diadakan situs "What Scotland Thinks". Di survei itu, jumlah yang memilih "No" alias tidak berpisah mencapai 52 persen, sementara yang memilih "Yes" hanya beda tipis yakni 48 persen.
Para analis pasar meramalkan, akan terjadi reaksi pasar yang dramatis jika pada akhirnya nanti, pemilih "Yes" yang menang dan Skotlandia menjadi negara merdeka.
Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, hasil referendum akan sangat berpengaruh bagi Inggris maupun Eropa.
"Setelah setengah abad kita membangun Eropa, kini kita berisiko memasuki periode di mana kita akan membangun kembali," kata Hollande pada hari Kamis (18/9/2014).
Mereka yang ingin merdeka mengatakan, ketakutan semacam itu adalah sesuatu yang dibesar-besarkan. Mereka justru melihat sebaliknya, yakni masa depan yang cerah, juga ikatan dengan Inggris yang kian erat.
Sedangkan, mereka yang menolak merdeka mengatakan, pemisahan diri dari Inggris Raya malah akan memperlambat laju perekonomian. Mereka juga khawatir hal itu mengancam persatuan negara-negara lain. (Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO