Pengamat kebijakan publik dari lembaga penelitian Populi Center, Nico Harjanto menilai ada nilai politis di balik tak adanya sanksi tegas dari pemerintah terhadap kasus tertunda sejumlah penerbangan yang dilakukan Lion Air. Ia menilai ada perlakuan khusus dari pemerintah terhadap maskapai berlogo kepala singa tersebut.
Penanganan terhadap Lion Air di matanya sangat berbeda dengan sikap pemerintah saat mengetahui ada pelanggaran yang dilakukan Air Asia, sehingga mengakibatkan jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 beberapa waktu lalu.
Menurutnya, seharusnya pemerintah segera memberikan sanksi yang jelas untuk memberikan efek jera terhadap pelanggaran yang dilakukan Lion Air.
“Kalau kita lihat ini bukan merupakan kejadian pertama, dulu juga pernah terjadi. Tetapi hukuman yang dijatuhkan pada maskapai ini itu tidak membuat jera," kata Nico di sela diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (21/2/2015).
Ia menambahkan, jika ditelusuri lebih mendetil maka akan ditemukan ada perlakuan yang berbeda terhadap maskapai yang sahamnya antara lain dimiliki anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Rusdi Kirana ini.
Menurutnya perlakuan istimewa ini sudah terjadi sejak pemerintahan yang sebelumnya (masa SBY).
“Kalau ada pelanggaran tidak diberikan sanksi yang tegas oleh pemerintah, karena memang pemerintah yang dulu itu beberapa pejabatnya terkait dengan maskapai ini. Misalnya, bekas Dirjen Perhubungan Udara itu sekarang menjadi salah satu komisaris di Lion Air," jelas Nico.
Selain itu, tambahnya, masih ada anggota keluarga dari pemerintah yang menjabat kedudukan tertinggi dalam struktur perusahaan milik Rusdi Kirana tersebut. Nico menunjuk kerabat Wakil presiden Jusuf Kalla yang duduk di dewan komisaris Lion Air.
Nico menegaskan perlakuan khusus ini harus segera diakhiri, sehingga Lion Air yang melayani lebih dari 40 persen pasar penerbangan domestik bisa memberikan pelayanan yang aman, nyaman, serta profesional.
“Pemerintah harus bisa menggaransi Lion Air bisa memberikan pelayanan yang aman, nyaman, dan juga profesional sesuai dengan standar yang berlaku internasional. Saya kira itu yang penting bagi pemerintah,” tutupnya.
Tag
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
Terkini
-
Usai Dipecat PDIP, Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin yang 'Mau Rampok Uang Negara' Bakal di-PAW
-
Siapa Bupati Buton Sekarang? Sosoknya Dilaporkan Hilang di Tengah Demo, Warga Lapor Polisi
-
Stok Beras Bulog Menguning, Komisi IV DPR 'Sentil' Kebijakan Kementan dan Bapanas
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya
-
Jokowi Gagas Prabowo - Gibran Kembali Berduet di 2029, Pakar: Nasibnya di Tangan Para "Bos" Parpol
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Mengulang Sejarah Perjuangan Diplomasi Prof Sumitro
-
Prabowo Ubah IKN jadi Ibu Kota Politik Dinilai Picu Polemik: Mestinya Tak Perlu Ada Istilah Baru!
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama