Suara.com - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, menilai isu pencopotan Kabareskrim Polri Komjen Budi Waseso (Buwas) merupakan bentuk tekanan dari para koruptor yang berada di lingkaran kekuasaan. Sebab menurutnya, isu penggantian Buwas tersebut muncul setelah Bareskrim menggeledah kantor Direktur Utama (Dirut) Pelindo II, RJ Lino, terkait kasus dugaan korupsi pengadaan mobile crane di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (28/8/2015) lalu.
"Kalau (bagi) IPW, isu itu (pencopotan Buwas) manuver dari para koruptor yang selama ini mereka sudah berada di zona nyaman, kepentingannya terganggu (dengan) ada masuknya Buwas mengusut kasus korupsi di lingkungan mereka. Banyak kasus korupsi diperiksa Buwas dan Bareskrim geledah, terakhir Pelindo di mana Dirut arogan mempertontonkan ke wartawan dia dekat dengan menteri," kata Neta, saat dikonfirmasi, Kamis (3/9/2015).
Neta bahkan menilai jika pemerintah malah cenderung melakukan kriminalisasi terhadap Buwas yang notabene sebagai penegak hukum yang tengah menyidik kasus besar. Dia pun menyayangkan mengenai isu pencopotan Buwas yang dianggap tidak mendukung pemberantasan korupsi yang tengah gencar dilakukan Polri.
"Mereka bermanuver menggunakan tangan kekuasaan. Sayang, para penguasa cenderung membela mereka, bukan mendukung pemberantasan yang dijalankan Buwas," kata Neta pula.
Sebelum beredar isu pencopotan Budi Waseso, penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim diketahui menggeledah kantor Dirut Pelindo II, RJ Lino, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dalam penggeledahan itu, satu unit harbour mobile crane milik Pelindo II yang dioperasikan di Dermaga 002 Pelabuhan Tanjung Priok, disegel Bareskrim.
Selain itu, kasus tersebut juga diduga terkait dengan kasus dwelling time peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Penggeledahan ruang kerja Lino sendiri kemudian menjadi ramai. Pasalnya, saat terjadi penggeledahan, Lino ditelepon Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil. Lino pun menyampaikan keluhannya ketika itu.
"Come on, Pak. I make this company so rich. Kok malah saya dihukum begini? Nggak fair, Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh. Kalau caranya seperti ini, saya berhenti," kata Lino kepada Sofyan dalam percakapan teleponnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Adies Kadir Lolos Sanksi Etik MKD Dinilai Kabar Baik, Golkar: Konstituen di Dapil Pasti Ikut Senang
-
Bobby Nasution Apresiasi Kafilah Sumut Raih Peringkat Tujuh Nasional STQH di Kendari
-
Ribuan Personel Gabungan Jaga Demo Buruh di DPR! Polda Metro Jaya Akan Pastikan Tertib
-
Gak Punya Otak! ASN di Pasuruan Berkali-kali Cabuli Keponakan, Modusnya Begini
-
Hasil 'Jatah Preman' Rp2,25 M, Gubernur Riau Palak Anak Buah buat Pelesiran ke London hingga Brasil
-
Hari Ini Bergerak Geruduk DPR, Demo Buruh KASBI Bakal Dijaga Ketat 1.464 Aparat
-
5 Fakta PNS Probolinggo Memperkosa Keponakan Hingga Korban Depresi
-
Inovasi AI yang Mendorong Kualitas Riset dan Akademik Indonesia
-
Terseret Kasus Ekspor CPO, Dua Raksasa Sawit Bayar Uang Pengganti Triliunan dengan Cara Dicicil!
-
MBG ala Jusuf Hamka, Makan Gratis yang Bikin Anak-Anak SD Tambora Senyum Ceria