Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menunggu hasil uji laboratorium mengenai gas air mata yang ditembakkan dalam Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 korban jiwa. Dalam temuannya, banyak korban mengalami gangguan kesehatan yang diduga akibat gas air mata yang ditembakkan kepolisian.
Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara mengatakan, hasil uji laboratorium itui nantinya bukan hanya terkait kandungan kimianya, melainkan dampak bagi kesehatan.
"Sebenarnya begini, kalau kita bicara soal hasil laboratorium itu kan bukan hanya sekadar kandungan kimianya, tapi analisanya terhadap kesehatan. Itu kami menunggu dari hasil uji laboratorium," kata Beka kepada wartawan di kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (12/8/2022) kemarin.
Lebih lanjut, Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam mengungkapkan dari hasil temuan mereka banyak korban yang meninggal dengan wajah yang membiru, mengeluarkan busa, bahkan ada yang mengalami kejang-kejang.
"Jadi, kami banyak cerita-cerita soal begitu dan terekam juga oleh teman-teman kedokteran, termasuk juga orang-orang yang mengalami kejang-kejang," katanya.
Sementara bagi korban yang selamat, Komnas HAM menemukan banyak korban yang mengalami mata merah bahkan berwarna coklat. Tak hanya itu, ditemukan juga korban yang tidak bisa melihat beberapa hari setelah kejadian naas tersebut.
"Ada bahkan, kami Senin itu bertemu dengan salah satu korban, misalnya. Dari Sabtu peristiwanya, sampai Minggu, Senin ketemu kami agak sore, itu baru saja matanya bisa melihat," ungkap Anam.
Untuk memastikan bagaimana dampak gas air mata bagi kesehatan, Anam bilang pihaknya membuka peluang memintai keterangan ahli kesehatan untuk nantinya disandingkan dengan hasil laboratorium.
"Kalau diperlukan, kami memang akan memanggil ahli kesehatan. Tapi sepanjang yang kami dapatkan dari berbagai cerita korban, kedokteran yang ada di Malang sana menunjukkan bagaimana itu berlangsung," ujarnya.
Sementara itu diberitakan sebelumnya, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo menyampaikan secara medis jatuhnya korban jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan bukan karena gas air mata. Pihaknya mengklaim karena kekurangan oksigen hingga terinjak-injak.
"Dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata. Tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen, karena apa? Terjadi berdesak-desakan, trerinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen," kata Dedi kepada wartawan, Senin (10/10/2022) lalu.
Dedi menyebut efek gas air mata pada dasarnya hanya akan menimbulkan iritasi. Namun, tidak sampai menyebabkan kematian.
"Sampai saat ini belum ada jurnal ilmiah yang menyebutkan ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
KPK Beberkan Peran Rudy Tanoesoedibjo di Dugaan Korupsi Bansos, Kuasa Hukum Justru Bersikap Begini!
-
Kasus Korupsi Sritex Resmi Masuk Meja Hijau, Iwan Lukminto Segera Diadili
-
Pesan Mendalam Jelang Putusan Gugatan UU TNI: Apakah MK Bersedia Berdiri Bersama Rakyat?
-
Pemerintah Finalisasi Program Magang Nasional Gaji Setara UMP Ditanggung Negara
-
Korupsi Bansos Beras: Kubu Rudy Tanoesoedibjo Klaim Sebagai Transporter, KPK Beberkan Bukti Baru
-
Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur
-
DPR Acungi Jempol, Sebut KPU Bijak Usai Batalkan Aturan Kontroversial
-
Manuver Comeback dari Daerah: PPP Solok 'Sodorkan' Epyardi Asda untuk Kursi Ketua Umum
-
Mengapa Penculik Kacab Bank BUMN Tak Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana? Ini Logika Hukum Polisi
-
PT Gag Nikel di Raja Ampat Kembali Beroperasi, Komisi XII DPR: Tutup Sebelum Cemari Geopark Dunia!