News / Nasional
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:10 WIB
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (5/11/2025). Ia menegaskan tidak pernah ada bukti Sohearto sebagai pelaku genosida. [Suara.com/Novian]
Baca 10 detik
  • Bencana alam akhir November 2025 di Sumatra merusak puluhan cagar budaya, dengan jumlah terdampak kini mencapai sekitar 70 lokasi.
  • Kementerian Kebudayaan siapkan dana khusus intervensi awal dan bantuan kemanusiaan Rp1,5 miliar bagi juru pelihara terdampak.
  • Penyelamatan situs bersejarah ini prioritas pascabencana, memerlukan asesmen cepat dan koordinasi erat pemerintah pusat dan daerah.

Suara.com - Bencana alam yang menerjang sejumlah wilayah di Pulau Sumatra sejak akhir November 2025 tidak hanya merenggut korban dan merusak infrastruktur, tetapi juga mengancam memori sejarah bangsa.

Pemerintah kini tengah berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan puluhan cagar budaya dan museum yang mengalami kerusakan.

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkapkan, pihaknya sedang melakukan pendataan komprehensif sebagai fondasi untuk menyusun langkah rehabilitasi dan perlindungan darurat terhadap warisan budaya nasional yang tak ternilai harganya tersebut. Jumlah situs bersejarah yang terdampak ternyata terus membengkak.

“Pada tahap awal kami mencatat sekitar 43 cagar budaya dan museum yang terdampak. Namun jumlah itu terus bertambah dan saat ini diperkirakan mencapai sekitar 70 lokasi,” kata Fadli Zon di Jakarta, Minggu (14/12/2025).

Kerusakan ini melanda berbagai jenis objek bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan peradaban di Sumatra. Fadli Zon menjelaskan, objek yang terdampak mencakup cagar budaya dengan status tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional.

Di antaranya adalah masjid-masjid kuno, gereja-gereja bersejarah, kompleks makam penting, serta sejumlah museum yang menyimpan artefak berharga.

Sebagai respons cepat, Kementerian Kebudayaan telah menyiapkan alokasi anggaran khusus.

Dana ini akan digunakan untuk melakukan intervensi awal, seperti pembersihan situs dari material bencana dan perbaikan ringan, yang akan dieksekusi segera setelah masa tanggap darurat bencana dinyatakan berakhir.

Namun, perhatian pemerintah tidak hanya tertuju pada bangunan fisik yang bisu. Di balik setiap cagar budaya, ada para pelaku budaya dan juru pelihara yang mendedikasikan hidupnya.

Baca Juga: Lilin Nusantara Beberkan Peran Strategis Polri Tangani Bencana Sumatra

Menyadari hal ini, Kementerian Kebudayaan turut menggalang bantuan kemanusiaan senilai Rp1,5 miliar untuk disalurkan kepada mereka yang terdampak, guna memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan pakaian.

Fadli Zon menegaskan bahwa penyelamatan situs bersejarah ini merupakan bagian integral dari pemulihan pascabencana secara keseluruhan.

Menurutnya, warisan budaya memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar struktur fisik.

“Cagar budaya bukan hanya bangunan, tetapi bagian dari identitas dan memori sejarah masyarakat. Karena itu pemulihannya menjadi bagian penting dari proses rehabilitasi pascabencana,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara.

Untuk memastikan proses pemulihan berjalan efektif, Fadli Zon menekankan pentingnya asesmen yang cepat dan terukur. Upaya ini krusial agar rehabilitasi setiap situs budaya dapat dilakukan secara tepat sasaran dan terkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.

Proses restorasi akan dijalankan secara bertahap dengan memegang teguh prinsip konservasi demi menjaga nilai historis dan keaslian setiap cagar budaya.

Load More