Suara.com - Hebohnya pelarian Carlos Ghosn, mantan orang nomor satu aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi dari Jepang dan muncul di negeri leluhurnya, Lebanon tak berhenti sampai di situ. Pihak pemerintahan Negeri Matahari Terbit menyayangkan hal ini, serta melakukan langkah diplomatik.
Dikutip kantor berita Antara dari Reuters, Takeshi Okubo, Duta Besar Jepang untuk Lebanon telah melakukan pertemuan dengan Michael Aoun, Presiden Lebanon, kemarin (8/1/2020). Intinya, peristiwa pelarian itu sangat disesalkan Jepang, dan pihak Beirut diminta bekerja sama untuk menemukan kembali Carlos Ghosn.
Adapun Carlos Ghosn sebelum melarikan diri berstatus tengah menunggu proses peradilan lanjutan di Jepang, atas tuduhan pelanggaran keuangan. Ia sendiri menandaskan, melakukan tindakan lari karena "kecurangan" yang dilakukan pemerintah setempat, yaitu menunda persidangannya hingga 2021.
Saat ini, pemerintah Turki dan Jepang sedang menyelidiki cara Carlos Ghosn diselundupkan keluar Tokyo dan Osaka, melalui bandara Istanbul, Turki serta menuju ke Beirut, Lebanon. Interpol pun telah mengeluarkan "red notice" untuk melakukan penangkapan atas Carlos Ghosn.
Beberapa tuduhan Kejaksaan Tokyo yang dilayangkan kepada Carlos Ghosn adalah tidak melaporkan perolehan pendapatan dengan sebenarnya, serta memindahkan kerugian bisnis pribadi ke rekening Nissan. Sementara lelaki kelahiran Brasil, berasal dari Lebanon, serta berpaspor Prancis itu menyatakan ia adalah korban "pengkhianatan" dan "konspirasi" eksekutif Nissan yang ingin menggagalkan upayanya menggabungkan kedua produsen otomotif.
Sementara itu, tim hukum Carlos Ghosn menyatakan ketimpangan Nissan dalam kasus ini juga tampak dari dibolehkannya Hari Nada, seorang eksekutif "yang perilakunya sendiri adalah subjek investigasi" untuk menjalankan penyelidikan atas Carlos Ghosn. Demikian pula Latham & Watkins, firma hukum yang membantu penyelidikan Nissan dinilai tidak independen karena telah lama bertindak sebagai penasihat pihak luar bagi perusahaan otomotif itu.
Di sisi lain, pengacara Carlos Ghosn juga menyatakan bahwa Nissan gagal mendapatkan bukti bahwa Hiroto Saikawa, CEO Nissan juga mendapat "manfaat dari kompensasi yang tidak tepat", dan beliau telah mengundurkan diri setelah mengakui dibayar berlebih, yang melanggar prosedur internal.
Baca Juga: Car-Free Month, TN Bromo Tengger Semeru Bebas dari Kendaraan Bermotor
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
Terkini
-
Alasan Wuling Darion Bakal Jadi MPV 7-Seater Paling Dicari di 2025
-
7 Mobil Keluarga Irit BBM di Bawah Rp 100 Juta Nyaman untuk PP Luar Kota
-
Menguak Pajak Asli Denza D9 Tanpa Insentif, Lebih Mahal dari Alphard?
-
Hype Suzuki Fronx Mulai Surut di 2025, Masih Layak Beli?
-
5 Rekomendasi Mobil Listrik Kuat Nanjak, Tangguh dengan Harga Mulai 200 Jutaan
-
5 Motor Bekas Matic 150cc untuk Perjalanan Santai, Harga Mulai Rp10 Jutaan
-
Yamaha Targetkan Pangsa Pasar 60 Persen di Wilayah NTT
-
Sensasi Honda PCX Harga Gak Bikin Pusing, Skutik Rp 11 Jutaan Bikin Merek Jepang Pening
-
Alasan Utama Jaecoo J5 EV Siap 'Menghajar' Dominasi BYD untuk Para Pencari Mobil Listrik Pertama
-
Checklist Wajib! Ini 15 Tips Membeli Mobil Bekas Aman untuk Pembeli Pemula