Sementara M Ilhamsyah dari Kelompok Kerja Tata Kelola dan Pengelolaan Komoditas Hilir Minyak dan Gas Bumi, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM menyampaikan, “Dalam rangka menjalankan kebijakan untuk memenuhi target penurunan emisi pada NDC 2030 maupun pada masa transisi energi menuju NZE 2060, pemerintah akan meningkatkan kualitas BBM baik bensin maupun solar dengan menekan factor emisi Carbon pada BBM kita, termasuk Low Sulfur Fuel sehingga diharapkan akan menekan emisi Carbon Kendaraan pada masa transisi energi tsb”.
Untuk follow up, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan memimpin koordinasi ini.
Hal ini sesuai dengan kebutuhan industry otomotif dalam peningkatan kinerja kendaraan dalam menekan emisi kendaraan bermotor, terutama agar dapat diintegrasikan pada pelaksanaan pembangungan 5 tahun ke depan.
Riska Bayu Putra, Penelaah Teknis Kebijakan, Direktorat Sarana Transportasi Jalan Raya Kementerian Perhubungan, menegaskan, “Kementerian Perhubungan telah menyusun peta jalan kebijakan transportasi rendah Carbon dengan mengutamakan penurunan emisi yang mencakup pengembangan mass public transport berbasis KBLBB, peningkatan fasilitas uji tipe yang mendukung terlaksananya kebijakan net-ZEV. Tentu saja, peta jalan ini akan diintegrasikan dengan agendan pembangunan nasional dalam 5 tahun ke depan”.
Eddy Surowasono juga menambahkan, “Perlu penerapan beberapa opsi teknologi untuk mendukung pencapaian net-ZEV, dan untuk itu diperlukan ketersediaan BBM dengan kualitas yang memadai sesuai tuntutan vehicle engine technology, agar upaya ini dapat sejalan dengan pencapaian target NDC 2030 maupun penerapan kebijakan selama masa transisi energi dalam rangka menuju NZE 2060”.
Disampaikan juga, kini banyak produsen kendaraan konvensional (BBM) atau ICE’s technology yang juga telah memproduksi KBLBB maupun HEV (Hybrid Electric Vehicle).
Almas menambahkan, capaian GESITS dengan produk kendaraan roda dua listrik ini cukup menggembirakan, baik dalam meciptakan teknologi sepeda motor yang beremisi nol bersih (net-ZEV) maupun capaian peningkatan penjualan termasuk untuk memenuhi pasar export ke Nepal, Senegal dll untuk kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Paris Agreement 2015 yang diratifikasi melalui UU No 16/2016 kemudian disambut dengan Perpres No 22/2017 tentang RUEN, Perpres No 55/2019 tentang Percepatan KBLBB adalah bukan langkah naif untuk sekadar menyelamatkan iklim semata.
Namun terkandung peluang ekonomi dengan kemampuannya men-trigger persemaian industry dengan teknologi kendaraan net-zero emissions.
Baca Juga: Toyota Terus Dukung Upaya Pengurangan Emisi Lewat Produk dan Proses Produksi Ramah Lingkungan
Kebutuhan akan kendaraan net-ZEV (kendaraan beremisi nol bersih) harus kita tangkap sebagai peluang untuk memproduksi dan memasarkan kendaraan dengan teknologi tersebut.
Apalagi ketika produksi barang dengan teknologi ini menempatkan kita pada competitive advantage terkait sumber daya alam kita (Nikel, Cobalt, Aluminium, rare earth; bahan baku battery untuk kendaraan listrik), tenaga ahli yang kita miliki, prototype KBLBB yang diciptakan putra-putri bangsa.
Untuk itu, grand design net-ZEV harus termaktub pada RPJMN 2025-2029, sebuah acuan pelaksanaan visi-misi Presiden/Wakil Presiden Prabowo-Gibran sesuai Asta Cita (terutama cita ke 2, 5 dan 8).
Melalui Workshop Nasional di atas, stakeholder mengajukan kepada pemerintah draft naskah akademis Grand Design net-ZEV pada RPJMN 2025-2029 sebagai dimaksudkan di atas dengan amanat sbb:
- Penyusunan regulasi teknis dan panduan ekonomi hijau untuk sector otomotif terutama hilirisasi net-ZEV dan pengembangan industri otomotif nasional.
- Pelaksanaan skema PNM (Penyertaan Modal Negara) untuk pembiayaan investasi manufacturer of net-ZEV sebagai basis pembangunan competitive advantage of nat’l auto-industry.
- Penyusunan roadmap net-ZEV pada periode 2025 – 2029 berikut standard Carbon/fuel economy standard sebagai acuan untuk pelaksanaan program net-ZEV.
- Pelaksanaan fiscal incentive dan fiscal disincentive berbasis standard Carbon kendaraan untuk percepatan penyebaran kendaraan net-ZEV berupa KBLBB.
- Pelaksanaan SPP (Sustainable Public Procurement) untuk percepatan penetrasi pasar net-ZEV sesuai Inpres No 7/2022 sebagai kendaraan dinas pemerintah, dll.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Cocok untuk Koleksi dan Bahan Modifikasi Anak Muda: Berapa Harga Suzuki Truntung?
-
Punya Duit Miliaran Nganggur? Intip Harga dan Spesifikasi Mitsubishi Evo 9 MR
-
Lagi Cari Motor Touring untuk Libur Akhir Tahun? Intip Harga Motor Honda per November 2025
-
7 Sedan Bekas Murah di Bawah Rp49 Juta yang Elegan dan Tangguh
-
Galau Pilih Destinator atau Xpander Cross? Intip Dulu Harga Mobil Mitsubishi November 2025
-
Berapa Pajak Tahunan Suzuki Gixxer SF 250? Intip Lengkap dengan Spesifikasi dan Harga
-
7 Mobil Bekas Seharga Honda Vario yang Tangguh dan Masih Layak Pakai
-
Harga Motor Yamaha November 2025: Dari NMAX Turbo hingga Grand Filano
-
Apakah Mitsubishi Destinator Ada yang Manual? Simak Spesifikasi dan Harganya
-
2 Alasan Veda Ega Pratama Jadi Ancaman Serius di Moto3 2026, Mantan Pembalap MotoGP Bilang Begini